Konsep tentang Manusia
A.Pengertian Manusia
Menurut islam, konsep manusia ialah sebagai mana yang dijelaskan dalam Alqur’an, yakni termuat dalam QS.Sajdah 7-9, al Hajj 5, al An’am 2, al Mukminun 12-16, dan at Tin 4-6. Adapun istilah yang digunakan sangat variatif, antara lain : Insan, al Nas dan basyr. Kesemua istilah tersebut menunjuk bahwa manusia memiliki potensi jasmani dan rohani, yakni potensi untuk melihat, berfikir, dan merasa .
B.Tujuan Penciptaan Manusia
Bila dilihat, tujuan penciptaan manusia yang berlandaskan dari ayat-ayat Al Qur’an antaralain yaitu :
a. Menjadikan manusia sebagai Muabbid ( QS.Adzariyat 56 )
b. Menjadikan manusia sebagai Khalifah fi al ardh ( QS.Albaqarah 30 )
c. Menjadikan manusia sebagai Imarah fi al ardh ( QS.Anbiya 105 )
C.Esensi Manusia
Esensi manusia terletak pada ruhaninya bukan pada jasmani, karena manusia termulia adalah manusia yang jiwanya selalu dekat dengan Allah yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa” (al-Hujurat : 13). Menurut H.A Salim, konsep taqwa ini ialah sikap metal seseorang yang selalu ingat dan waspada dalam memelihara dirinya dari noda dan dosa. Sikap taqwa selalu pantang berbuat salah melakukan perbuatan baik dan benar, dan melakukan kejahatan terhadap diri sendiri,oranglain dan lingkungannya .
Menurut Hasan Lnggulung, taqwa merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam Alquran. Adapun nilai-nilai alquran menurut beliau dinyatakan sebagai akhlak. Oleh karena itu Hasan Langgulung membagi nilai taqwa dalam 5 kategori besar, antaralain:
a. Nilai perseorangan
b. Nilai kekeluargaan
c. Nilai social
d. Nilai kenegaraan
e. Nilai Keagamaan
Lebih lanjut, Hasan Langgulung memaknai konsep taqwa dalam memelihara meliputi 4 ruang lingkup , antara lain :
a. Hubungan manusia dengan Allah, meliputi :
1. Iman pada Allah 3.Syukur nikmat pada Allah
2. Ibadah kepada Allah 4.Taubat
b. Hubungan manusia dengan diri sendiri, meliputi :
1. Sabar
2. Pemaaf
3. Adil
4. Ikhlas
5. Amanah
6. Mawas diri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia, antara lain meliputi :
1. Tolong menolong
2. Menepati janji
3. Lapang dada
4. Menegakkan keadilan
5. Memaafkan kesalahan orang lain
d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup, antara lain meliputi :
1. Pemeliharaan kebersihan lingkungan
2. Menyayangi hewan dan tumbuhan
3. Mencegah perusakan
4. Pelestarian lingkungan
D.Eksistensi Manusia
Kehidupan yang Allah ciptakan tidak lebih sebenarnya untuk menguji siapakah diantara hamba-hamba-Nya yang paling banyak dan paling baik amalannya. Beramal adalah inti dari eksistensi (keberadaan) manusia di dunia, karena tanpa amal otomatis manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam menegakkan khilafah sebagai khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Sebagaimana di awal surah Al-Mulk ayat ke-2 Allah berfirman :
اَلَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَّهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
2.Konsep tentang Tasawuf
A.Pengertian Tasawuf
Secara etimologi, tasawuf berasal dari kata shuf, shifa dan shufah. Kata shuf berarti bulu domba, sebagai lambang bagi kehidupan sederhana pada masanya. Sedangkan kata shifa, artinya suci bersih. Kata shufa berarti golongan sahabat Nabi yang mensucikan diri dari suatu tempat terpencil di samping masjid Nabi SAW.
Selain makna diatas, tasawuf itu sendiri memberi makna bahwa ia adalah sikap mental yang senantiasa menjaga dan memelihara diri sedemikian rupa agar selalu berada dalam kesucian diri. Dan ini sejalan dengan pengertian menurut halajj bahwa tasawuf ialah salah satu kekuatan jiwa yang kukuh untuk tetap teguh mempertahankan kebaikan semata mata demi memelihara kesucian hati manusia. Dan ini sejalan pula menurut Junaid, tasawuf itu adalah ekspresi dari budi pekerti dan perangai yang terpuji.
Dari beragam makna tasawuf yang dikemukakan diatas, jadi tasawuf itu mengindikasikan perilaku tasawuf yang dilakukan oleh para pelaku tasawuf itu sendiri,sehingga apa yang dirasakan oleh seorang sufi akan berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa memaknai tasawuf itu tetap sama esensinya, yakni mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana
B.Tujuan Tasawuf
Tujuan utama tasawuf adalah pengutuhan manusia dengan seluruh kedalaman dan keluaran keberadaannya dan seluruh keluasan yang tercakup dalam pribadi manusia yang disebut manusia sempurna (insan kamil).
Tujuan tasawuf adalah mencapai kesadaran murni dan menyeluruh. Manusia yang terdiri dari tubuh, pikiran dan jiwa masing-masing perlu diutuhkan kembali
sesuai dengan tingkatannya sendiri. Tasawuf juga berusaha mengutuhkan
berbagai ilmu yang berkembang ke dalam perspektif dengan tepat. Peranan
jalan kerohanian (thariqat) dalam pengukuhan manusia adalah sesuatu yang
hakiki, karena hanya melalui kehadiran Tuhan dan barakah yang terkandung di
dalamnya yang telah ditunjukkan ke dalam Al Quran semua unsur yang tercerai
berai dalam diri manusia dapat dipadukan kembali.
Selain itu, ajaran tasawuf juga bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan. Sehingga orang-orang merasa di hadiratnya. Caranya adalah dengan kontemplasi, melepasakan diri dari jeratan kehidupan duniawi yang bersifat
sementara dan selalu berubah .
C. Esensi Tasawuf
Tasawuf sebagai segi batin agama — sementara segi lahirnya disebut syari’ah — adalah bidang ilmu keislaman yang bisa dibagi dalam tiga bagian: tasawuf akhlaqi, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaqi ialah ajaran akhlak dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Tasawuf akhlaqi meliputi tahalli (penyucian diri dari sifat-sifat tercela, menghiasi dan membiasakan diri dengan sikap terpuji) dan tajalli, yaitu tersingkapnya Nur Ilahi .
Tasawuf amali ialah tuntunan praktis cara mendekatkan diri kepada Allah, yang identik dengan tarekat. Mereka yang masuk tarekat akan memperoleh bimbingan praktik atau amaliah bertasawuf. Sementara tasawuf falsafi ialah kajian secara mendalam dengan tinjauan filosofis dari segala aspek. Dalam tasawuf falsafi dipadukan visi intuitif tasawuf dan visi rasional filsafat.
Ajaran ketiga jenis tasawuf itu bermuara pada penghayatan terhadap ibadah murni (mahdhah) untuk mewujudkan al-akhlaq al-karimah (budi pekerti luhur), baik secara individual maupun sosial. Dengan demikian, tasawuf menjanjikan penyelamatan di tengah berbagai krisis kehidupan yang serba materialistis, hedonis, pragmatis, sekular, serta kehidupan yang semakin sulit secara ekonomis maupun psikologis.
D.Tasawuf Sebagai Suatu Keniscayaan
Sejarah tumbuhnya tasawuf sama panjangnya dengan sejarah lahirnya manusia itu sendiri. Hal ini dapat dipahami dari keberadaan manusia sebagai makhluk Allah yang diciptakan dari dua unsur yang berlainan yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani sebagai bagian dari kehidupan nyata tumbuh dan berkembang dari dan dengan yang nyata pula (materi). Allah menjelaskan tentang kejadi manusia ini dengan firman-Nya yang berbunyi:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ . ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلاَلَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ . ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ (السجدة : 7 – 9)
Artinya: Allah-lah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, Dia memulai kejadian manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati tanah (sulalah) dalam bentuk air yang hina (air mani). Lalu Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh-Nya ke dalam (tubuh manusia itu), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu yang bersyukur. (Q.S : al-Sajadah : 7 – 9)
Adam A.S adalah manusia pertama yang dijadikan Allah dengan menggunakan tanah secara langsung, bercampur air, dikeringkan dengan mengunakan suhu panas, dan angin sebagai alat pendingin dalam suatu proses dan sistem tertentu. Tetapi manusia berikutnya yang lahir secara kausalitas dari hubungan biologis antara manusia laki-laki dengan manusia perempuan yang bahannya tidak lagi menggunakan tanah secara langsung tetapi tanah sebagai suatu proses yang pada akhirnya memunculkan seperma (sulalah) yang kemudian terciptalah manusia yang sempurna dalam bentuk tetapi belum sempurna secara utuh. Untuk kesempurnaan manusia secara utuh Allah memberinya ruh yang ditiupkan dari ruh Allah sendiri (min ruhihi).
Dari sini nampak jelas keberadaan manusia itu terdiri dari unsur materi dan non materi. Unsur materi (air, api, angin dan tanah) memunculkan sifat-sifat manusia sebagaimana yang dimiliki oleh keempat unsur tadi. Sedangkan unsur non materi berupa ruh yang suci (ruh al-qudsi) membawa sifat-sifat terpuji seperti halnya sifat-sifat Allah yang Maha Mulia. Sifat-sifat materi yang menjadi sifat lahiriah kehidupan manusia ditunggangi oleh hawa, nafsu, dunia, syathon serta iblis yang kemudian memunculkan sifat-sifat yang tercela (mazmumah) dan disebut dengan istilah fujur, sedangkan sifat ruhaniah yang suci membawa sifat-sifat yang baik (mahmudah) yang disebut dengan istilah taqwa. Pernyataan ini dijelaskan Allah dengan firman-Nya.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: dan jiwa serta apa (yang menjadi alat) kesempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu sifat fujur dan taqwa. Sungguh amat beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh amat merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S : al-Syams : 7 – 10)
Esensi manusia terletak pada ruhaninya bukan pada jasmani, karena manusia termulia adalah manusia yang jiwanya selalu dekat dengan Allah yang menciptakannya. “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa” (al-Hujurat : 13). Tetapi jasmani sebagai bangunan tempat berdiamnya ruhani selagi didunia ini menjadi bagian tak terpisahkan dengannya, meskipun sifat dan keinginan keduanya sering kali berlawanan. Jasmani akan menampilkan sifat-sifat yang tidak terpuji manakala ruhaninya ditutupi oleh awan kegelapan dunia, dipicu oleh keinginan nafsu yang ditunggangi oleh syaithoniyah .
Jasmani membutuhkan makan dan minum, pada hal makan dan minum yang melebihi kebutuhan jasmani membuat jasmani itu malas beribadah, sedangkan ruhani selalu berkeinginan untuk beribadah kepada Allah yang menjadikannya. Jasmani senang kelezatan miskipun mungkin untuk mendapatkan kelezatan itu dia harus melanggar larangan Allah, sedangkan ruhani selalu merasa takut berbuat salah. Manakala tabir penutup ruhani itu tidak segera dibuka, maka kehadiran jasmani dipanggung dunia ini hanyalah menjadi kenderaan iblis dan syaithon untuk berbuat angkara murka yang tidak lagi mengenal batas mana yang haq dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah. Rasul SAW menjelaskan;
جمود العين من قسوة القلوب وقسوة القلوب من كثرة الذنوب وكثرة الذنوب من نسيان الموت ونسيان الموت من طول الامل وطول الامل من حب الدنيا وحب الدنيا رأس كل خطيئة
Artinya: Bekunya mata disebabkan kerasnya hati, dan kekerasan hati disebabkan banyak dosa, dosa banyak karena lupa akan mati, lupa mati disebabkan panjang angan-angan, sedangkan panjang angan-angan karena cinta dunia, cinta dunia menjadi sumber segala ma’siat.
Untuk mencegah kekerasan hati dan melunakkannya, manusia perlu membersihkan jiwanya dengan melakukan penyadaran terhadap jasmaninya (taubat) atas tindakan dan perbuatan salah yang pernah dilakukannya. Taubat ini merupakan bagian yang integral dalam amaliah sufi, dan bahkan seorang hamba sebelum melakukan amaliah lainnya terlebih dahulu dituntut untuk melakukan taubat dengan sepenuh hati. Sejarah Adam A.s. yang menyebabkan dia keluar dari surga karena melakukan pelanggaran terhadap larangan Allah, adalah contoh kelasik yang dapat dijadikan i’tibar sepanjang zaman. Adam A.s yang hidup bersama hawa di alam ketenangan (surga) terpaksa keluar ke alam kegundahan (dunia) sehingga memaksanya untuk bertaubat sebagai upaya pengembalian dirinya kealam kesucian.
Fitrah manusia yang diciptakan dalam dua unsur yang berbeda itu, nampaknya membuat manusia tidak terlepas dari kesalahan yang pada gilirannya menjadikan kesucian ruhaninya terkontaminasi dengan berbagai kotoran dosa. Manakala ruhani tidak lagi sesuci disaat dia hadir kedalam tubuh jasmani melalui tiupan ruh secara langsung dari Allah, maka ruhani itu tidak lagi punya kemampun untuk kembali ke alam asalnya yaitu alam lahut sebagai tempatnya semula , padahal manusia dituntut agar dia kemabli kealam asalnya dari petualangannya di alam dunia fana ini.
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (al-Baqarah: 46)
Tuntutan untuk dapat kembali ketempat asalnya itulah yang membuat manusia harus berupaya maksimal membersihkan jiwanya. Disinilah mengapa tasawuf itu dianggap sebagai suatu keniscayaan. Karena, tasawuf merupakan salah satu jalan yang akan mengembalikan manusia ketempat asalnya. Tasawuf bukanlah salah satu cara untuk melarikan diri (eskapisme) dari kesulitan kehidupan, melainkan ia suatu keniscayaan bagi seorang hamba.
3.PERILAKU AKHLAK TASAWUF DALAM DIRI MANUSIA
A.Tasawuf Dan Kebahagiaan Hidup Manusia
Hidup bahagia merupakan dambaan setiap manusia. Dan hidup sehat ialah salah satu syarat untuk kebahagiaan hidup. Orang yang tidak sehat alias sakit sangat mungkin ia tidak akan bahagia dalam hidupnya .
Kebahagiaan itu muncul dari dalam diri individu dalam rupa siksap hidup. Kebahagiaan bukan berasal dari luar diri yang muncul dari adanya kekayaan,popularitas dan lain sebagainya. Kebahagiaan tumbuh dan berkembang dalm diri manusia melalui kekuatan yang bersumber dari jiwa yang tenang dan bersih. Oleh karena itu kebahagiaan akan sulit dirasa jika jiwa manusia gelisah dan selalu merasa cemas,lalai ,hasad dan semua sifat yang memiliki watak kedzaliman baik pada drinya,orang lain maupun Tuhan.
Tasawuf dalam berbagai aktivitasnya merupakan suatu jalan kerohanian yang dapat mengantarkan manusia pada kondisi terbebasnya diri dari kungkungan jiwa syahwaniah. Dan dengan sedemikian rupa, semua sikap hidup sehat diajarkan dalam tasawuf . Kebaikan dan kebajikan dalam konteks tasawuf bukan dalam sekedar tindakan moralitas semata, akan tetapi berupa tindakan yang berdimensi batiniyah yang dalam semua tampilannya tidak terpisah dari jiwa intelektual dan ruhani manusia. Dan manusia yang berada dalam kondisi seperti ini, jiwanya akan senantiasa ikhlas dalam beramal dan berjuang untuk melakukan apaun yang diridhai Allah. Dengan demikian,ia akan semakin dekat dengan Tuhannya sebagai satu-satunya sumber kebahagian dalam hidup manusia.
B.Tasawuf Dan Ketenangan Hidup Manusia
Ketenangan hidup merupakan cita-cita luhur bagi setiap manusia. Mengingat bahwa ketenangan hidup merupakan kebutuhan ruhani yang telah dianugrahkan Allah pada setiap manusia yang dengannya akan melahirkan beragam aktivitas yang memajukan dan mencerahkan kehidupan manusia, maka tak dapat dipungkiri lagi bahwa ajaran tasawuf sebagai ajaran yang bersumber dari pengalaman syari’ah dan penyucian jiwa tentu meniscayakannya sebagai pengontrol bagi perilaku hidup manusia yang pada gilirannya akan membawa pelaku tasawuf untuk senantiasa berprilaku positif dalam mencari ridha Tuhannya.
Dalam mencari ridha Tuhan, sangat diakui bahwa manusia dituntut untuk menggunakan segala potensi yang dimilikinya. Dan dengan demikian, maka ketika ia berinteraksi dengan sesama manusia, alam dan Tuhannya, maka ia akan mengambil langkah dan sikap yang telah digariskan oleh Tuhannya sebagaimana semestinya. Dalam kondisi seperti ini, tasawuf sangat memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkan ketenangan hidup manusia dalam segala aktivitasnya. Karena itu ajaran yang mencerminkan kesabaran,keikhlasan dan keistiqamahan dalam tasawuf akan menghindarkan manusia dari sifat cemas, bimbang dan keluh kesahnya.
C.Tasawuf Dan Pembentukan Insan Kamil
Dari dulu hingga saat ini, salah satu kebutuhan manusia ialah mengaktualisasikan dirinya dalam menegakkan nilai-nilai humanitas yang menjadi lambang keberadaan manusia didunia. Dengan kebutuhannya ini, maka manusia akan membawa dirinya pada aktivitas-aktivitas yang berdimensi ilahiyah. Sehingga dalam konteks inilah sebutan insan kamil akan muncul.
Menurut Alfarabi; Insan kamil ialah duplikasi Tuhan didunia, yaitu nur muhammad yang merupakan penjelmaan dari Allah yang menyeluruh, ia sebagai khlalifah dibumi. Penyebutan insan kamil ini dikarenakan manusia merupakan suatu manifestasi sempurna dari Tuhan .
Apa yang disebutkan tokoh sufi diatas menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki jalan untuk dapat mencapai kebaikan dan kebajikan dalam kehidupannya .Bahkan, jalan itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia itu sendiri. Dan tegasnya, terkait dengan ini, tasawuf itu sendiri ialah jalan untuk mencapai insan kamil. Oleh karena itu, ketika manusia telah sampai pada perbuatan yang menumbuhkan sifat-sifat ilahiyah dalam dirinya sendiri,maka ia telah mencapai insan kamil sebagai bentuk perwujudan manusia yang berakhlak.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan pada bab pembahasan diatas,penulis mengambil kesimpulan bahwa sebagai tasawuf merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhannya. Dan sebagai sebuah jalan, tasawuf merupakan sebuah pilihan yang akan meniscayakan manusia untuk mengambil pilihan itu sendiri. Karena dengan cara memilih jalan tasawuf, berarti manusia akan dianggap tetap eksis, dalam arti bahwa keeksisan seorang individu terletak pada individu itu sendiri bagaimana ia dapat menjadikan dirinya sebagai abid, khalifah dan imarah yang pada akhirnya ia akan melahirkan seorang insan yang kamil yaitu insan yang Sempurna.
DAFTAR REFERENSI
Mansur, Amril ,”Akhlak Tasawuf ”, Pekanbaru : LSFK2P,2007
Tebba,Sudirman” Tasawuf Positif” Jakarta: Kencana ,2003
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, Pekanbaru : LSFK2P , 2005
Hitami,Munzir, Mengonsep kembali pendidikan islam, Pekanbaru : Infinite Press, 2004
Daud.M, Pendidikan agama islam, Jakarta :Rajawali Pers, 2008
http://muhammad-rusfi.blogspot.com/2011/01/tasawuf-suatu-keniscayaan.html jam.03/02/04/11
http://pondokhabib.wordpress.com/2009/04/28/tasawuf-alternatif-bagi-dahaga-rohani/
http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu-tasawuf/
http://www.opensubscriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/9344788.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar