Minggu, 30 Januari 2011

QUANTUM TEACHING

BAB I
PENDAHULUAN

Agar tercapainya tujuan pendidikan, peran seorang guru amatlah mempengaruhi. Penguasaan terhadap metodologi pengajaran merupakan salah satu persyaratan bagi seorang pendidik yang profesional. Berbagai pakar pendidik seperti Mahmud Yunus pernah mengatakan bahwa penguasaan terhadap metodologi pengajaran jauh lebih penting daripada pemberian materi pelajaran. Pendapatnya ini berdasarkan hasil penelitiannya terhadap lulusan pesantren bahwa dari seratus lulusan pendidikan pesantren ternyata yang jadi kiyai hanya satu orang.Lulusan pesantern yang telah menghabiskan waktu yang cukup lama memang diakui menguasai secara baik dan mendalam terhadap berbagai teori tata bahasa, ilmu nahu dan lain-lain. Namun semua teori kebahasaan yang dikuasai santri itu tidak disertai dengan kemampuan menggunakan berbagai teori tersebut dalam menulis dalam bahasa Arab secara lancar dan benar. Dengan demikian, berbagai ilmunya itu tidak fungsional dan tidak dapat menolong dirinya dalam menjawab berbagai masalah komunikasi dan lainnya.Sehingga berbagai pengetahuannya hanya berfungsi untuk memahami teks Arab.
Alumni pendidikan pesantren berbeda dengan alumni Gontor ponorogo. Alumni darri lembaga ini selain menguasai tata bahasa Arab dengan baik, juga menguasai cara menggunakannya dalam tulisan dan percakapan dengan baik sehingga bahasa Arab yang digunakan dapat membantu mereka memperlancar berkomunikasi dan dapat membangun rasa percaya diri.
Perbedaan lulusan pendidikan pesantren dengan lulusan pondok modern Gontor dalam menguasai bahasa Arab karena perbedaan penggunaan metode. Di pesantren pengajaran bahasa Arab diadakan terpisah-pisah anatara satu dan yang lainnya. Sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik secara lisan maupun tulisan.
Dari contoh di atas bahwa perbedaan penggunaan metode dalam pengajaran sangat terhadap hasil pendidikan. Kini saatnya, dunia pendidikan Islam berupaya menggunakan metode pengajaran yang lebih mampu menghasilkan lulusan yang terbina secara seimbang antara perkembangan intelektual dan kecerdasan emosional, serta keterampilan dan fisik yang sehat, sehingga terwujudlah generasi rabbani sebagai khalifah dan imarotul ardhi.
Dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji tentang quantum teaching dalam persfektif pendidikan Islam.



















BAB II
PEMBAHASAN
QUANTUM TEACHING DALAM PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

A. Karakteristik Quantum Teaching

Sebelum menelaah Quantum Teaching dalam persfektif pendidikan Islam, maka terlebih dahulu harus memahami apa dan bagaimana karakteristik Quantum Teaching itu sendiri?
Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan , penyajian dan fasilitas supercamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori Eccelerated Learning (Lozanov), Multiple Inteligence (Gardner), Neuro-Liungistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning, (Hahn) dan Element of Effective Intruction (Hunter).
QuantumTeachingberusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral.QuantumTeaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).
Desain pembelajaran QuantumTeaching bisa terimplementasikan secara menarik dan menyenangkan apabila sejumlah syarat berikut ini terpenuhi, di antaranya:
1) Guru wajib memberi keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, berbicaralah yang jujur, jadi pendengar yang baik dan selalu gembira (tersenyum)
2) Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan: “learning is most effective when it’s fun”. “Kegembiraan” berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik.
3) Lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa kegembiraan
4) Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajarnya.
5) Sikap guru kepada peserta didik (pengarahan “Apa manfaat materi pelajaran ini bagi peserta didik” dan tujuan

B. Quantum Teaching dalam Pendidikan Islam

Secara eksplisit dalam ilmu pendidikan islam belum dijumpai rumusan teori pengajaran yang mirip dengan Quantum Teaching. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat ilmu pendidikan islam terlambat perkembangannya dibandingkan dengan ilmu-ilmu ke-islaman lainnya seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, hadits dan sebagainya. Namun demikian ini tidak berarti bahwa prinsip-prinsip quantum teaching dan langkah-langkannya secara umum tidak ada dalam islam. Diyakini bahwa islam sebagai agama universal sangat peduli terhadap pemberdayaan manusia secara menyeluruh melalui pendidikan. Didalam al-Quran dan hadits banyak sekali dijumpai ayat-ayat dan matan-matan hadits yang berkaitan dengan motivasi pemberdayaan manusia.
Motivasi yang demikian itu telah pula ditunjukkan dalam sejarah di abad klasik dari abad ke-7 sampai dengan abad ke-13, yaitu massa kejayaan islam yang ditandai oleh munculnya sejumlah ilmuwan ensiklopedik yang tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama, melainkan juga ilmu-ilmu umum, seperti matematika,fisika, astronomi, geologi, kedokteran, optika, dan lain sebagainya. Keadaan demikian tidak mungkin terjadi jika tidak ada system pendidikan dan metodologi pengajaran yang beroprasi didalamnya. Namun sayangnya, penelitian terhadap berbagai pemikiran pendidikan islam yang dikemukakan para muslim belum digali secara sungguh-sungguh.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa didalam quantum teaching terdapat lima prinsip, yaitu: 1) segalanya berbicara, 2) segalanya bertujuan, 3) pengalaman sebelum pemberian nama, 4) akui setiap usaha, dan 5) rayakan jika layak dirayakan. Kelima prinsip yang terdapat dalam quantum teaching terdapat pula dalam ajaran islam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Bahwa prinsip segala sesuatu itu berbicara sebagaimana yang terdapat dalam quantum teaching juga ada dalam islam. Menurut islam bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas. Air, udara, tanah, gunung, tumbuh-tumbuhan,binatang, manusia dan lain sebagainya memiliki jiwa dan personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya. Mereka harus dirawat, disayang, dipelihara dan seterusnya, sehingga semuanya itu bersahabat dan memberi manfaat bagi manusia. Berkenaan dengan ini kita jumpai ayat al-Quran:

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا


“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat langit, bumi dan gunung-gumumg, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”( Q.S. Al-Ahzab, 33 : 72).
Ayat ini menunjukkan adanya pengakuan tehadap eksistensi makhluk lainnya selain manusia.

2) Bahwa prinsip yang ada dalam Quantum Teaching, yaitu bahwa segalanya bertujuan adalah juga ada dalam ajaran islam. Di dalam al-quran terdapat ayat yang artinya :

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran, 3 : 191).

Ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta dalam pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan sehingga menemukan berbagai teori dibidang ilmu pengetahuan (sains), juga semakin membawa dirinya dekat dengan Tuhan. Atas dasar ini, maka seluruh ciptaan Tuhan harus digunakan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan.

3) Bahwa prinsip memberikan pengalaman sebelum pemberian nama sebagaimana terdapat dalam quantum teaching, juga sejalan dengan prinsip yang ada dalam ajaran islam. Dalam ajaran islam seseorang terlebih dahulu disuruh percaya kepada Allah, mengucapkan dua kalimah syahadat, melaksanakan shalat, membaca al-Quran dan mempraktekkan ajaran islam lainnya. Laksanakan dahulu semuanya itu, baru kemudian bertanya mengapa semuanya itu harus dilakukan. Dalam contoh mengajarkan al-Quran, Nabi Muhammad SAW langsung disuruh membaca ayat yang dibawa oleh jibril atas perintah Allah, yaitu surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5.
Setelah itu baru Nabi memahami ayat-ayat tersebut.Dalam kaitan ini maka metode mengajar membaca al-Quran hendaknya dimulai langsung anak-anak mengulangi dan menirukan lafal ayat-ayat yang dibacakan oleh guru, dengan bacaan yang benar dan baik.Setelah itu baru diberikan penjelasan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai oleh si anak lebih mantap dalam pengajaran, dari pada lebih dahulu mengemukakan teori yang sulit-sulit baru kemudian mempraktekkannya.

4) Bahwa prinsip yang terdapat dalam quantum teaching yaitu akui setiap usaha juga sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam ajaran islam. Didalam ajaran islam terdapat predikat yang diberikan kepada seseorang yang dasarkan pada usahanya.
Misalnya, bagi orang yang mempercayai rukun iman dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya disebut mukmin. Bagi yang melaksanakan ajaran islam disebut muslim. Untuk orang yang bertaqwa disebut muttaqin.Bagi orang yang berbuat baik disebut muhsini dan seterusnya.Berbagai predikat yang demikian itu menunjukkannya.
Dengan cara demikian, maka eksistensi, usaha kepada kepuasan psikologis yang pada gilirannya akan menimbulkan etos kerja yang semakin meningkat.

5) Bahwa prinsip rayakan jika layak dirayakan sebagaimana terdapat dalam quantum teaching juga terdapat dalam ajaran islam. Prinsip ini sejalan dengan adanya berbagai upacara tradisi yang ada dalam islam, seperti tradisi pemberian nama yang baik pada anak, menyembelih hewan aqiqah untuknya dan menikahkannya jika sudah dewasa, adalah merupakan upaya perayaan yang didalamnya mengandung unsur pengakuan terhadap keberadaan seseorang ditengah-tengah masyarakat.

Selanjutnya langkah-langkah dalam Quantum Teaching yang mampu menggairahkan suasana belajar mengajar yang terdapat dalam istilah tandur sebagaimana telah dijelaskan di atas juga sejalan dengan ajaran islam. Langkah –langkahynayaitu :
1) Tumbuhkan minat. Hal ini sejalan dengan adanya niat dan tujuan yang harus ditanamkan sebelum melakukan suatu pekerjaan, yaitu niat ikhlas semata-mata karena Allah. ( Lihat Q.S. Al-Bayyinah, 98 : 5).

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

2) Alami, yaitu memberikan pengalaman pada seseorang untuk melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlak dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati kedua orang tua, mengerjakan shalat, menolong orang lain dan seterusnya.

3) Namai, yaitu berikan identitas atau nama bagi sesuatu yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan apa yang di ajarkan Tuhan kepada Nabi Adam mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya. (Lihat Q.AS. Al-Baqarah. 2 : 31).
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

4) Mendemonstrasikan, yakni menunjukkan apa yang telah dihasilkan. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Nabi Adam dihadapan para Malaikat, ketika ia diminta oleh Tuhan untuk mendemontrasikan hasil didikan-Nya dihadapan para Malaikat. (Lihat Q.S. al-Baqarah, 2:32).

قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

5) Ulangi, yakni tunjukkan apa yang telah diajarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap. Hal ini sejalan dengan ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang sesuatu yang diulang-ulang dalam, berbagai tempat dengan tujuan agar lebih mantap.

6) Rayakan, yakni berikan pengakuan. Hal ini sejalan dengan prinsip pemberian predikat kepada orang-orang sesuai dengan usahanya, sebagaimana telah dijelaskan diatas .

C. Quantum Teaching dalam Pendidikan di Madrasah /Pondok Pesantren

Sebagaimana telah dipahami bahwa Quantum Teaching bertujuan mencetak peserta didik yang tidak hanya memiliki keterampilan akademis tetapi juga memiliki keterampilan hidup.Maka metode Quantum Teaching ini sangat tepat jika diterapkan dalam system pendidikan madrasah dalam rangka mencapai loncatan kualitas siswa/santri. Jika dilihat dari segi lingkungan bahwa pendidikan pesantren yang berada dalam satu komplek, dimana siswa belajar dan tinggal tidak terpisah dari lingkungan sekolah maka akan sangat kondusif jika diterapkan metode Quantum Teaching dalam system pendidikannya. Pesantren selama ini dikenal dengan system yang sangat kaku,monoton dan kurang memberikan kebebasan pada siswa berargumentasi sehingga kualitas lulusan yang dihasilkan tidak dapat bersaing dalam kehidupan karena penguasaan ilmu tidak diiringi pengembangan potensi dan kreativitas para santri.
Dengan demikian menerapkan metode Quantum Teaching akan merubah pola pembelajaran sehingga membuat santri lebih terrkesan dan menyenangkan. Maka pendidikan akan menghasilkan lulusan yang bermutu dan berkualitas. Quantum teaching merupakan metode yang menawarkan sebuah proses pembelajaran yang mengubah bermacam-macam intraksi yang ada di dalam dan di sekitar momen santri/siswa .yang mana interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi keberhasilan dan mengembangkan bakat mereka. Seperti dilihat dalam menata konteks “segalanya berbicara” .setiap detail menggambarkan sesuatu tentang diri dan sikap terhadap belajar mengajar. Lingkungan kelas dan lingkungan pesantren bertaburan isyarat dan secara sadar atau tidak santri mengikuti syarat-syarat tersebut seehingga semua isyarat itu mewarnai pengharapan siswa dan pada akhirnya membangun pengalaman belajar santri.

D. Quantum Teaching dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum
Dalam pelaksanaan Pendidikan Islam baik di Pesantren, Sekolah Islam maupun sekolah umum, tujuan utamanya adalah membentuk pribadi muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, memiliki etos kerja di masyarakat. Namun jika dilihat Pendidikan Agama Islam di sekolah umum hanya sekedar melengkapi standar kurikulum saja. Pengalaman belajar siswa dalam bidang studi PAI ini tidak memadai untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Hal ini karena beberapa factor yaitu sedikitnya waktu dan kurang menariknya pelajaran ini bagi siswa. Untuk itu usaha sadar yang dilakukan guru pendidikan Agama Islam adalah menerapkan metode Quantum Teaching yang mana dengan prinsip-prinsip dalam quantum teaching tersebut akan merubah segalanya ke arah yang lebih baik karena siswa akan senang dan menikmati pembelajaran.

BAB III
PENUTUP
Dari uraian tentang Quantun Teaching diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
Quantum teaching yang merupakan metode pengajaran mutakhir adalah memadukan dan menyempurnakan metode pengajaran yang telah ada sebelumnya.
Dalam Quantun Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan penciptaan lingkungan kelas yang menyenangkan, siswa akan memperoleh suatu penguat (reinforcer) dan akan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Dalam pembelajaran Quantun Teaching, murid akan lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. Penerapan pembelajaran Quantun Teaching akan menjadikan interaksi-interaksi yang menggubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka dan orang lain.
.Di dalam Quantun Teaching, proses belajar siswa dimulai/beranjak dari informasi atau sesuatu yang telah ada atau diketahui siswa sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka peajari.
Meskipun secara eksplisit belum ada sarjana Muslim yang mengembangkan metode quantum teaching ini namun dalam dalam al-Qur’an dan Hadits terdapat petunjuk-petunjuk umum yang memungkinkan metode Quantum Teaching tersebut dapat dikembangkan.
Dalam menghasilkan lulusan pendidikan Islam yang terbina seluruh potensinya serta memiliki rasa percaya diri, kreatif,inovatif, kritis dan demokratis, kini sudah saatnya para guru yang mengajar di madrasah-madrasah, sekolah Islam dan Perguruan Tinggi menggunakan metode ini. Dengan demikian maka lulusan pendidikan Islam mampu bersaing dalam era globalisasi yang mulai menerpa seluruh kehidupan bangsa Indonesia, khususnya umat Islam
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Muhammad, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Yayasan al-Hidayah,1965
Nata, Abuddin Manajemen Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2003
DePorter, Bobbi, dkk, Quantum Teaching, Bandung : Kaifa,2003
Hartono, dkk. PAIKEM, : Pekanbaru : Zanafa, 2008.
Masyhud, Sulthon dan M. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Diva Pustaka, Jakarta, 2004
Ismail Thoib, Wacana Baru Pendidikan, Genta Press,Yogyakarta, 2008

Dawan, Ainurrafiq dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Listafariska Putra, 2005

Sabtu, 29 Januari 2011

INDAHNYA JADI PEREMPUAN

Karena engkau seorang wanita
Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan di bawah ini:
 Wanita auratnya lebih susah di jaga ( lebih banyak) di banding lelaki.
 Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar ruamh tetapi tidak sebaliknya.
Wanita sanksinya ( apabila menjadi sanksi) kurang berbanding lelaki
Wanita menerima warisan lebih sedikit di banding laki-laki
Wanita wajib taat pada suaminya, sementara suami tidak perlu taat pada isteri
Wanita kurang dalam beribadat karana adanya massalah dan nifas yang tak ada pada lelaki.
Itu sebabnya mereka tidak henti- hentinya berpromosi untuk “MEMERDEKAKAN WANITA”. Pernah kah kita lihat sebaliknya(kenyataannya).
Benda yang mahal harganya akan di jaga dan di belai serta di simpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan di biar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorrang wanita.
Wanita perlu taat pada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat pada ibunya 3 kali lebih utama dari pada bapaknnya.
Wanita menrima warisan lebih sedikit dari pada lelaki, tetapi tahukah harta harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu di serahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu/ wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anaknya.
Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melhirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia di do’akan oleh segala mahluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jikaia mati karena melahirkan adalah syahid dan surge menantinya.
Di akhirat kelak, seoran lelaki akan di pertanggung jawabkan terhadap 4 wanita,yaitu: isterinya,ibunya, anak perempuanya dan saudara perempuannya. Artinya bagi seorang wanita tanggung jawab terhapdapnya di tanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu: suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu syurrga meluli pintu surga yang mana saja yang di sukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu ; sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.
Seorang laki- laki wajib berjihad fuisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggung jawabnyakepada ALLAH, maka ia akan turut menrima pahala setara seperti pahala orang perrgi jihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
MassyaALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita… kan
Ada sabda rosullullah bahwa ketika kita memiliki duua atau lebih anak perempuan, maampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik maka surge adalah jaminannya.( untuk anak laki-laki berlaku kaidah yang berbeda.
Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tuanikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya syurga menantimu.

Rabu, 26 Januari 2011

MANAJEMEN KELAS

Manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (pesrta didik) dan fasilitas yang ada.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu sangat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting.
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Di sini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga
terciptanyaa suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan..

















BAB II PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu :
a. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan menguragkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
c. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Dari ketiga definisi diatas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

2. MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1. Masalah Individual :
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.

• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang.
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.
1. Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
2. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
4. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
2. Masalah Kelompok :
Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
1. Kurangnya kekompakan
Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
4. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
3. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
1. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Selain itu juga dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.


3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
4. Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a. perintah dan larangan
b. penekanan dan penguasaan
c. penghukuman dan pengancaman
d. Pendekatan perintah dan larangan
5. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar:
•Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
•Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .
•Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
•Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
•Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan. Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
















BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Masalah-masalah yang sudah dijelaskan diatas merupakan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah individual peserta didik, sedangkan yang menyangkut kelompok yaitu kelas kurang kohesif atau kurangnya kepaduan antar sesama. Hal ini biasanya dikarenakan alasan jenis kelamin, suku, tingkatan, sosial ekonomi, dan sebagainya. Seringkali ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan norma-norma yang telah disepakati sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok, terkadang kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya, kelompok juga cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap, bahkan ada juga siswa yang sengaja malas atau semangat kerjanya rendah sebagai semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.
Pendekatan dalam manajemen kelas oleh guru dapat dilakukan dengan berbagai ciri, diantaranya yaitu pendekatan otoriter. Pada pendekatan ini guru merasa bahwa siswa perlu diawasi dan diatur. Pendekatan intimidasi dilakukan untuk mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi. Selanjutnya yaitu pendekatan permisif, yaitu guru melakukan pendekatan dengan memberikan kebebasan kepada siswa mengenai apa yang ingin dilakukan siswa, sedangkan guru hanya memantau. Jika guru menggunakan pendekatan resep masakan berarti siswa harus mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Guru juga bisa menggunakan pendekatan pengajaran yang bisa dilakukan dengan menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan.
Selain itu, ada juga pendekatan modifikasi perilaku yang mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional lebih mengutamakan hubungan sosial yang terjadi antara guru dan murid, yaitu saling menjalin hubungan yang positif antara guru dan siswa. Yang terakhir adalah pendekatan sistem proses kelompok atau dinamika kelompok yang berusaha meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.

pendidikan dan kepemimpinan

A. Hakikat Pendidikan dan pendidikan islam
Secara istilah, ada beberapa defenisi tentang pendidikan, antaralain :
1. 1.Jhon A.Laska mengatakan bahwa ” pendidikan itu merupakan satu dari sekian banyak aktivitas yang paling penting yang dapat memanusiakan manusia”.Ini berarti bahwa pendidikan berperan untuk mentransmisikan warisan nilai-nilai kemanusiaan dari generasi ke generasi berikutnya, agar masyarakat manusia itu mampu untuk mempertahankan eksistensisnya sebagai manusia.
2. 2.Arthur K.Ellis menyatakan bahwa ” pendidikan ialah sekumpulan pengalaman belajar seseorang sepanjang hidupnya,tidak hanya dalam bentuk pengalaman belajar yang terorganisir secara formal, tetapi juga seluruh pengalaman belajar dalam bentuk umum. Sedemikian rupa bahwa proses pendidikan itu tidak saja mampu untuk memahami dirinya, namun sekaligus memahami lingkungannya pula.
3. Jhon Dewey : Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan manusia .
4. Weber : ” Education is the process of training and developing the knowledge, skill , mind, character ,etc.
5. UU No.20/2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mmengembangkan potensi dirinya untuk memiiki kekuatan spritual, keagamaan,ppengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun pendidikan islam, menurut Muzayyin Arifin, ” pendidikan islam ialah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian peserta didik. Dengan kata lain ini berarti bahwa pendidikan islam merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yng dibutuhkan oleh manusia, baik untuk urusan dunia maupun akhirat .

B. Hakikat Pemimpin dan Kepemimpinan

1. Hakikat Pemimpin
Secara etimologi, pemimpin dalam kamus lisan Al Arab berasal dari kata al quwad yang berarti menuntun. Makna etimologi ini mengandung indikasi bahwa tempat pemimpin adalah didepan sebagai penunjuk kebaikan dan pembimbing kearah keselamatan .
Secara etimologi, ada beberapa defenisi tentang pemimpin / leader yaitu :
” Leaders are persons others want to follow. Leader are the ones who command the trust and loyalty of followers—the great persons who capture the imagination and admiration of those with whom they deal ”.
” The leader is the person who creates the most effective change in group performance ”.
Dari dua defenisi diatas, maka dapat diindikasikan bahwa pemimpin ialah :
1. Pemimpin bertugas membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan,serta mengomunikasikan gagasannya kepada oranglain.
2. Pemimpin berfungsi sebagai orang yang mampu menciptakan perubahan secara efektif dalam kelompok.




2. Hakikat Kepemimpinan
Para ahli mendefenisikan kepemimpinan secara beragam. Bahkan stogdil membuat kesimpulan bahwa ” there are almost as many defenition of leadership as there are person who have attempt to define the concept” .
Dalam suatu defenisi, ” kepemimpinan pada dasarnya ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan membujuk oranglain untuk melakukan hal –hal yang diperlukan dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan”.
Dari defenisi diatas , maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan meliputi 3 elemen :
1. Kepemimpinan melibatkan konsep relasi ,artinya bahwa kepemimpinan itu adalah interaksi dua orang atau lebih. Tersirat dari defenisi ini bahwa para pemimpin yang high leadership seharusnya memahami bagaimana cara membangkitkan inspirasi dan semangat serta bagaimana dapat melakukan relasi yang baik kepada yang dipimpinnya.
2. Kepemimpin merupakan proses, ini berarti bahwa agar dapat memimpin dengan benar dan efektif, seorang high leader harus melakukan beberapa aktivitas . Sebagaimana pendapat John Gedner,” kepemimpinan itu lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas”.
3. Kepemimpinan ialah syndrom influence. Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi dan membujuk orang lain mengambil langkah dan tindakan bersama-sama pemimpin. Cara mempengaruhi dan membujuk oranglain ini dapat melewati beberapa pendekatan, seperti menggunakan otoritasnya, menjadikan dirinya sebagai teladan ,pemberian imbalan dan hukuman maupun restrukturisasi organisasi yang menjanjikan.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya, kepemimpinan itu mencakup 3 hal :
1. Kekuasaan yakni ialah kekuatan otoritas dan legalitas, untuk memberi wewenang untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan.
2. Kewibawaan yakni kelebihan, keunggulan dan keutamaan untuk mengatur orang lain sehingga mereka bisa patuh dan bersedia melakukan perbuatan yang diperintahkannya.
3. Kemampuan ini adalah segala daya, kesanggupan dan kecakapan, baik secara teknis maupun sosial yang dianggap melebihi orang biasa.

C. Urgensi high leadership dalam pendidikan
Seorang pemimpin ialah pemandu bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pendidikan kita membutuhkan pemimpin yang baik saat ini, karena adanya :
1. Krisis keterbelakangan
Kita harus menyadari fakta penting bahwa kita sedang mengalami krisis keterbelakangan yang cukup parah dalam seluruh sendi kehidupan kita, termasuk dalam bidang pendidikan. Kita memiliki metode jitu yang terkandung dalam alqur’an, namun problemnya adalah kita belum dapat mengaplikasikannya secara baik untuk kehidupan kita.
2. Krisis aktivitas
Allah swt berfirman ”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia ” . Sebagai umat terbaik, saat kita ini tidak dapat menyaksikan kebaikan umat seperti yang dikatakan Rib’i bin amir,”Allah swt telah mengutus kami untuk membebaskan orang-orang yang Ia kehendaki dari penyembahan terhadap makhluk kepada penyembahn terhadap Tuhan, dari dunia yang sempit kepada dunia yang lapang dan dari berbagai kedzaliman.
3. Krisis kesadaran
Tak dapat dipungkiri bahwa kesadaran merupakan perihal yang sangat minim kita miliki saat ini. Khususnya yakni kesadaran akan tanggungjawab kepemimpinan dan amanah. Ketika kesadaran ini menghilang , yang mengemuka adalah rasa cinta terhadap jabatan dan kekuasaan. Dan ini adalah fenomena yang sudah menjamur di bumi kita, termasuk Indonesia.
4. Lemahnya kinerja pemimpin
Salah satu krisis yang sering terjadi dan dialami berbagai institusi secara umum ialah kinerja pemimpin yang sangat lemah. Gejala dan tanda-tandanya dapat kita lihat dari berbagai aspek. Jika pemimpin tak memiliki motivasi dan semangat yang baik, secara tidak langsung , hal ini turut memberi dampak yang signifikan bagi kinerja yang dipimpinnya.
Adapun fungsi kepemimpinan dalam pendidikan antara lain yaitu:
1. Menciptakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai
2. Menciptakan suasana yang sehat dan menyenangkan

D. Konsep Dasar High Leadership
Nasib suatu organisasi berada ditangan para pemimpinnya. Dan hal ini mencakup semua jenis organisasi , termasuk lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah dan perguruan tinggi kita. Dalam hal ini, pemimpin memiliki andil yang cukup besar bagi kemajuan dan perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
Dewasa ini, para pakar menyatakan bahwa, saat ini kita memiliki pemimpin yang sangat banyak jumlahnya, tetapi diantaranya, mereka yang memiliki ”kepemimpinan” yang efektif jauh lebih sedikit. Inilah latar belakang kita mengapa saat ini kita butuh ” high leadership”. Tujuannya ialah, agar kita memiliki kepemimpinan yang efektif. Yaitu kepemimpinan yang akan membawa kemajuan dan pembaharuan diseluruh bidang bagi kita, termasuk bidang pendidikan. Dari itu maka dapat kita rumuskan bahwa sebenarnya konsep dasar high leadership terkait dengan tiga hal:
1. Kepemimpinan yang efektif
2. Kepemimpinan yang unggul
3. Kepemimpinan yang profesional

E. Kapasitas seorang pemimpin yang dianggap high leadership
Menurut leroy eims ada dua belas ciri pemimpin yang efektif :
1. pemimpin yang bertanggung jawab
2. pemimpin yang memberi teladan
3. pemimpin yang berorientasi pada sasaran
4. pemimpin yang dapat membangkitkan semangat
5. pemimpin yang selalu memperhatikan
6. pemimpin yang dapat mempersatukan
7. pemimpin yang tegas
8. pemimpin yang cakap
9. pemimpin yang komunikatif
10. pemimpin yang efisien
11. pemimpin yang mengajak
12. pemimpin yang maju
Adapun menurut George R.Terry , ada sepuluh sifat yang perlu dimiliki pemimpin yang unggul :
1. kuat
2. tahu tentang relasi insani
3. emosi yang stabil
4. jujur
5. objektif
6. dorongan pribadi
7. komunikatif
8. mampu mengajar
9. sosial yang tinggi
10. mampu manajerial

Sedangkan praktik kepemimpinan yang dapat dipetakan pada pemimpin dan kepemimpinan yang profesional :
1. memiliki pengetahuan luas
2. memiliki visi dan misi, dan program serta strategi jitu dalam mencapai tujuan.
3. Manajerial handal
4. Berkepribadian menarik/ pribadi teladan
5. Jujur, adil, kreatif, kerja keras, disiplin, dan positif thinking
6. Jiwa enterpreunership
7. Membangun networking relationship

F. Konsep islam mengenai seorang pemimpin yang high leadership
Dalam bahasa arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al riayah,al qiyadah atau al zaamah. Dan dalam dunia pendidikan, kata kepemimpinan yang digunakan oleh para ahli ialah al qiyadah.
Dalam islam, kepemimpinan dianggap begitu penting sehingga mendapat perhatian yang besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, Rasulullah memerintahkan dalam setiap perkumpulan untuk memiliki pimpinan, bahkan dalam jumlah yang kecil sekalipun. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw :
”Dari Abu Said dari abu hurairah bahwa rasulullah saw bersabda” apabila tiga orang keluar bepergian,maka hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin”.
Dalam dunia pendidikan, seorang pemimpin diharapkan dapat membawa perubahan-perubahan yang baik dalam berbagai aspek. Dan perubahan-perubahan ini bersifat positif –kontruktif manakala pemimpin pendidikannya berkualitas dan profesional dengan didasari oleh pengalaman, pendidikan dan ketrampilan ( High Leadership ).
Menurut Soebagio Atmodiwirio, kepemimpinan pendidikan saat ini memerlukan perhatian yang utama. Terlebih dizaman yang semakin global ini, dibutuhkan figur pemimpin pendidikan yang mampu melahirkan berbagai konsep pendidikan yang bisa mewadahi perubahan sosisal, ekonomi dan teknologi. Diperlukan kepemimpinan untuk membawa perubahan yang konstruktif disegala bidang. Bukan seorang pemimpin yang destruktif dan sekedar pemegang jabatan yang dapat mengeruk keuntungan bagi sekelompok golongan tertentu. Lebih dari itu, bahkan kepemimpinan yang baik diharapkan mampu untuk melahirkan para peserta didik yang profesional dan berkualitas pula.
Menurut H.A.R Tilaar, ”Pemimpin adalah jendral lapangan yang mengendalikan berbagai strategi dan taktik untuk melaksanakan program yang telah disepakati ”. Dalam situasi darurat, seorang pemimpin bahkan harus mampu menambil tindakan yang berani, cepat dan tepat untuk menyelesaikan masalah yang mendesak. Dan tindakan ini sangatlah membutuhkan kecermatan yang tinggi dan metode yang tepat. Dan hanya pemimpin yang memiliki high leadership lah yang dapat menghadapi segala situasi.
Menurut islam setidaknya ada sifat-sifat yang perlu dimiliki para pemimpin yang baik:
1. Beriman dan bertaqwa
2. Sempurna jasmani
3. Terampil dan berpengetahuan
4. Kelebihan batin
5. Keberanian
6. Adil dan jujur
7. Bijaksana
8. Demokratis
9. Penyantun
10. Paham keadaan umat
11. Ikhlas dan rela berkorban
12. Qona’ah
13. Istiqomah
14. Akhlaqul karimah
G. High Leadership menjawab tantangan globalisasi
Diakibatkan kemajuan ilmu dan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi dan transportasi, dunia semakin menjadi tanpa batas. Hal ini tentu akan membawa dampak adanya budaya global diberbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Dalam bidang ekonomi misalnya, akan muncul pasar bebas diseluruh dunia. Sehingga dalam bidang sosial muncul semangat konsumeris yang tinggi. Bahkan tak hanya itu, dalam bidang budaya, akan terjadi pertukaran budaya antar bangsa yang begitu cepat, sehingga inipun akan membawa dampak perubahan/ reformasi dalam bidang pendidikan pula.
Di era globalisasi ini, indonesia mengalami reformasi yang cukup besar disemua bidang, termasuk bidang pendidikan. Reformasi ini diharapkan akan muncul wajah indonesia baru. Wajah baru indonesia itu adalah wajah baru yang akan memunculkan masyarakat madani, yakni masyarakat yang berperadaban dengan menekankan demokratisasi dan hak asasi manusia yang berkeadilan.
Menurut nurcholis majid, masyarakat madani adalah masyarakat yang mengacu pada masyarakat madinah. Ada beberapa ciri dari masyarakat tersebut, antara lain:
1. Masyarakat rabbaniyah yaitu masyarakat yang religius
2. Masyarakat demokratis yakni menghidupkan suasana dengan musyawarah dalam segala hal.
3. Masyarakat toleran yaitu saling menghargai walau dalam kemajemukan
4. Masyarakat berilmu
Dari keinginan untuk membentuk masyarakat madani tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tantangan globalisasi menuntut perhatian yang sungguh-sungguh dari semua lapisan masyarakat di segala bidang termasuk dari pemimpin sendiri. Pada dasarnya tantangan utama bagi pendidikan diera globalisasi adalah masalah kualitas di mana pada era tersebut akan memunculkan kompetisi. Jika berbicara kompetisi maka bicara masalah keunggulan. Menurut tilaar hanya manusia unggullah yang dapat survive dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan, karena itu salah satu persoalan yang harus dijawab bagi kepemimpinan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia.
Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam tersebut, maka beberapa ahli telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan . Revitalisasi ini termasuk pula dalam paradigma kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu disinilah high leadership akan menjawab persoalan peningkatan kualitas manusia ini melalui beberapa perubahan dalam kebijakan kepemimpinan diantaranya :
1. Kepemimpinan dalam hal pola hubungan atasan-bawahan , yang semula bersifat hirarkis – komando diubah menuju kearah kemitraan bersama. Dengan model kepemimpinan demikian , diharapkan dapat mendorong seluruh bawahan dan seluruh anggota organisasi dapat memberdayakan dirinya dan membentuk rasa tanggung jawab ats tugas-tugas yang diembannya. Kepatuhan tidak lagi didasarkan pada kontrol eksternal organisasi, namun justru berkembang dari hati sanubari yang disertai dengan pertimbangan rasionalnya.
2. Pemberdayaan, yaitu merupakan proses pemerdekaan diri , dimana setiap individu dipandang sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan diri manusia ini mempunyai tempat untuk berkembang secara semestinya dalam suatu pendidikan, maka hal ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kemajuan pendidikan. Oleh karena itu, partisipasi dan keterlibatan individu dalam setiap pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi pertumbuhan pendidikan. Dengan keterlibatan individu dalam pengambilan keputusan memiliki , pada gilirannya akan terbentuk rasa tanggung jawab bersama dalam mengimplementasikan setiap keputusan yang diambil.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasrkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan islam dan kepemimpinan ini merupakan hal yang saling terkait erat. Tanpa pemimpin yang baik , maka pendidikan islam tidak akan dapat direalisasikan dan dicapai secara baik. Dan begitu pula sebaliknya, tanpa pendidikan islam, kita tidak akan dapat melahirkan pemimpinan yang bermoral dan profesional dan kepemimpinannya tidak akan dapat berjalan secara maksimal dan mencapai sasaran yang diinginkan oleh masyarakat , yakni masyarakat yang madani.
Melihat kondisi yang saling terkait diatas , maka dapat kita garis bawahi , sesungguhnya pendidikan islam memiliki fungsi dan peranan yang besar untuk turut andil dalam pembentukan watak kepemimpinan tingkat tinggi. Pendidikan dapat kita jadikan sebagai basis utama bagi lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan kita untuk menuju masyarakat yang lebih maju dan berkembang.
Saran
Sebagai generasi penerus bangsa, sangat penting bagi kita untuk terus belajar dan mendalami ilmu-ilmu yang terkait dengan pendidikan islam dan kepemimpinan ini , sehingga dengan demikian, kedepannya kita dapat mencapai kepemimpinan yang baik dan memperoleh pendidikan islam yang dapat terus maju dan berkembang dimasa yang akan datang.









DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin, M,” Ilmu Pendidikan Islam “ Jakarta : Bumi aksara, 2003
2. Daulay, Haidar Putra “ Pendidikan Islam dalam pendidikan nasional di Indonesia , Jakarta : Kencana 2004
3. Harahap, Syahrin,” Moral Akademik “ , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005
4. Hasan, M.Tholhah,” Prospek Islam menghadapi tantangan zaman”, Jakarta: Lantabora Press.2005
5. Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta : Rajawali pers,2005
6. Fadhil, Ahmad, “ Terj.Mencetak Pemimpin” , Jakarta : Khalifa, 2006
7. Mansur, Amril,” Etika dan Pendidikan”, Pekanbaru : LSFK2P , 2005
8. Qamar, Mujamil, ” Manajemen Pendidikan Islam ” , Jakarta : Erlangga,2007
9. Muhaimin, ” Paradigma Pendidikan ” , Bandung : PT.Rosdakarya, 2001
10. ---------------------” Mencari Evidensi Islam”, Jakarta : CV. Rajawali, 1985
11. Permadi, K. Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Rhineka Cipta, 1996, hlm. 42
12. Wahjosumidjo, ” Kepemimpinan Kepala Sekolah ”, Jakarta : Raja Grafindo, 2005
13. http://wikimu.com/news/display/displayNewaaspx?id=12876
14. http : akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/10/kepemimpinan-pendidikan/

HADITS DHAIF

1. Pengertian
Hadits dhaif adalah bagian dari hadits mardud, menurut bahasa berarti lemah. Kelemahan hadits ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi kriteria hadits kuat yang diterima sebagai hujjah. Menurut istilah adalah :
هو ما لم يجمع صفة الحسن بقفد شرط من شروطه
“Hadits yang tidak menghimpun sifat hadits hasan sebab satu dari beberapa syarat yang tidak terpenuhi.”
Jadi hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan hadits hasan atau shahih.
2. Contoh Hadits Dhaif
Hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi melalui jalan Hakim al Atsram dari Abu Tamimah al Hujaimi dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda :
من أتى حاءضا أو امرأة من د بر أو حا هنا فقد كفر بما أنزل على محمد
“Barangsiapa yang mendatangi pada seorang wanita menstruasi/ pada seseorang wanita dari jalan belakang (dubur) atau pada seorang dukun, maka ia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
3. Hukum Periwayatan Hadits Dhaif
Para ulama membolehkan meriwayatkan hadits dhaif, sekalipun tanpa menjelaskan kedhaifannya dengan dua syarat :
a. Tidak berkaitan dengan akidah, seperti sifat-sifat Allah.
b. Tidak menjelaskan tentang hokum syara’ yang berkaitan dengan halal haram, tetapi berkaitan dengan masalah Mau’izhah, targhib wa tashib (hadits-hadits tentang ancaman dan janji), kisah-kisah, dan lain-lain.
Dalam meriwayatkan hadits dhaif, jika tanpa isnad atau sanadsebaiknya tidak menggunakan kata aktif yang meyakinkan kebenaran dari Rasulullah, tetapi cukup menggunakan bentuk pasif yang meragukan. Periwayatan hadits dhaif dilakukan karena berhati-hati.
4. Pengamalan Hadits Dhaif
Para ulama berpendapat :
a. Hadits dhaif dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal/dalam hukum
b. Hadits dhaif dapat diamalkan secara mutlak baik dalam Fadha’il al ‘Amal/ dalam masalah hokum
c. Hadits dhaif dapat di’amalkan dalam Fadha’il al ‘Amal, Mau’izhah, targhib (janji-janji yang menggemaskan dan tarhib (ancaman yang menakutkan) jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1) tidak terlalu dhaif
2) masuk ke dalam kategori hadits yang diamalkan
3) tidak di yakinkan secara yakin kebenarannya hadits dari nabi, tetapi karena berhati-hati semata-mata.
B. Kriteria, Macam-Macam Status Kehujjahan Hadits Dhaif
1. Kriteria Hadits Dhaif
Dijelaskan secara tegas bahwa jika satu syarat saja (dan persyaratan hadits shahih atau hadits hasan) hilang, berarti hadits itu di nyatakan sebagai hadits dhaif. Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga syarat, seperti perawinya tidak adil, tidak dhabit, da adanya kejanggalan dalam matan. Para ulama menemukan kedhaifan pada tiga bagian yaitu, sanad, matan, dan perawinya.
2. Macam-Macam Hadits Dhaif dan Status Kehujjahannya
a. Dhaif dari Segi Persambungan Sanadnya
1) Hadits Mursal
= Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in, yang dimaksud dengan gugur dsini adalah tidak disebutkan nama sanad terakhir.
Al hakim merumuskan hadits mursal dengan :
ما رفعه التا بعين إلى الرسول ص.م. من قول أو فعل أو تقرير
صغيرا كان أو كبيرا
“Hadits yang disandarkan (langsung) oleh tabi’in kepada rasulullah saw, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Tabi’in tersebut, baik termasuk tabi’in kecil maupun besar. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits mursal sebagai hujjah:
a) Membolehkan berhujjah dengan hadits mursal secara mutlak
b) Tidak memboelhkan secara mutlak
c) Membolehkan menggunakan hadits mursal apabila ada syarat lain yang musnad. Apabila ada riwayat lain yang musnad, maka hadits mursal itu bias dijadikan hujjah. Macam-macam hadits mursal :
- Mursal tabi’i
- Mursal shahabi
- Mursal khafi
2) Hadits Munqathi
Berasal dari kata – انقطع- ينقطع- انقطاعا- berarti terputus, karena ada sanad yang tidak tersambung, ibarat tali yang putus tidak ada yang menghubungkannya. Dalam istilah hadits munqathi’ ada dua pendapat yaitu sebagai berikut:
a) Pendapat mayoritas muhadditsin
ما سقط من إسنا ده راو أو أكثر قبل الصحا بي لا على التوالي
“Hadits yang digugurkan dari sanadnya seorang perawi atau lebih sebelum sahabat tidak berturut-turut.
b) Pendapat Fuqoha, Ushuliyyun.
هو كل ما لم يتصل إسناده أي وجه عنا إنقطاعه
Cara mengetahui munqathi’ dan kehujjahannya inqitha’ pada sanad dapat diketahui karena tidak adanya pertemuan antara perawi (rawi) dan orang yang menyampaikna periwayatan karena tidak hidup semasa atau karena tidak pernah bertemu antara keduanya. Untuk menolong mengetahui hal tersebut adalah dengan tahun kelahiran dan wafat mereka. Hadits munqathi’ tergolong mardud menurut kesepakatan para ulama, karena tidak diketahui sifat-sifat perawi yang digugurkan, bagaimana kejujuran dan kedhabithannya.
3) Hadits Mu’dal
Berasal dari kata – أعضل- يعضل- إعضالا- payah dan susah. Dalam istilah hadits mudhal adalah :
هو ما سقط من إسناده إثنان فأكثر على التوالي
“Yaitu hadits yang gugur dan sanadnya 2 orang lebih secara berturut-turut”.
Hadits mudhal tergolong mardud (tertolak) karena tidak diketahui keadaan perawi yang digugurkan. Apakah mereka tergolong orang-orang yang diterima periwayatannya atau tidak. Demi keaslian suatu hadits, sanad yang terputus, dan yang digugurkan diantara para perawinya, maka tidak dapat diterima.
4) Hadits Muallaq
Berasal dari – علق- يعلق- تعليقا- yaitu bergantung. Dari segi istilah hadits mu’allaq adalah :
ما حذف من أول السند راو أو أكثرعلى التوالى
“Hadits yang dibuang pada awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Jadi hadits mu’allaq adalah hadits yang sanadnya bergantung karena dibuang dari awak sanad seorang perawi/ lebih secara berturut-turut
Hadits mu’allaq tergolong hadits yang tertolak (mardud) karena sanadnya tidak bersambung dan tidak diketahui sifat-sifat perawi yang dibuang. Tetapi hadits ini bisamenjadi diterima manakala dikuatkan melalui jalan lain yang menyebutkan perawi yang dibuang dan ia memiliki sifat kredibilitas yang tinggi/ sangat jujur. Dengan demikian hilanglah kesamaran atau ketidaktahuan tentang sifat-sifat para perawi hadits.
b. Dhaif Sebab Cacat Keadilan
1) Hadits Matruk
Berasal dari kata – ترك- يترك- تركا - artinya tertinggal. Dalam istilah hadits ini adalah:
الحديث الذي يكون أحر رواته متهم بالكذب
“Hadits yang salah satu periwayatnya seorang tertuduh dusta”.
Diantara sebab-sebab tertuduhnya dusta seorang perawi, ada beberapa kemungkinan yaitu sebagai berikut:
a) Periwayatan hadits yang menyendiri atau hanya dia sendiri yang meriwayatkannya.
b) Seorang perawi dikenal sebagai pembohong dan pendusta pada selain hadits tertentu.
c) Menyalahi kaidah-kaidah yang maklum seperti kewajiban beragama, shalat, puasa, dll.
2) Hadits Majhul
Berasal dari kata – جهل- يجهل- جهلا- yaitu tidak diketahui. Menurut istilah adalah:
هو من لم تعرف عينه أو صفته
“Seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya.
Hadits majhul adalah hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal jati dirinya. Sebab-sebab tidak dikenal jati dirinya adalah:
a) Seseorang mempunyai banyak nama/sifat, baik nama asli, panggilan, gelar, sifat profesi/ suku dan bangsa.
b) Seorang perawi yang sedikit periwayatan haditsnya, tidak banyak orang yang mengambil perawi kecuali hanya satu orang saja.
c) Tidak tegas penyebutan nama perawi karena ringkas menjadi nama kecil/ nama panggilan/ karena tujuan lain.
Macam-macam hadits majhul ;
a) Majhul al ayn
b) Majhul al hal
3) Hadits Mubham
Arti mubham menurut bahasa samar, tidak jelas. Menurut istilah:
هو الراوي الذي لم يسم في السند أوالمتن
“Seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam sanad atau dalam matan”.
Jadi mubham adalah tidak adanya penyebutan nama seorang perawi yang jelas, hanya disebutkan seorang laki-laki atau perempuan saja tidak disebutkan nama jelas. Mubham ada kalanya dalam sanad dan dalam matan.
c. Dhaif Sebab Cacat Kedhabithan
1) Hadits Munkar
Berasal dari kata – أنكر- ينكر- إنكارا- artinya menolak, tidak menerima. Menurut istilah:
الحديث الذي في إسناده راو فخش غلطه أو كثرت أو ظهر فسقه
“Hadits yang pada sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya/ banyak kelupaan/ Nampak ketarikannya.
Periwayatan munqar tidak sama dengan syadz, karena dalam munqar periwayatnya bersifat dhaif yang menyalahi periwayatan tsiqah, sedangkan hadits syadz periwayatan orang tsiqah menyalahi orang yang lebih tsiqah.
2) Hadits Mu’allal
Berasal dari kata –علل- يعلل- فعليلا - yaitu penyakit. Menurut istilah:
هو الحديث الذي اطلع فيه على علة تقدح في صحته مع ان الظاهر
السلامة منها
“Hadits yang dilihat di dalamnya terdapat ‘illah yang membuat cacat keshahihan hadits, padahal lahirnya selamat daripadanya”.
Terjadinya illat karena:
a) Sanad, seperti memauqufkan suatu hadits yang mestinya mursal/ sebaliknya.
b) Matan
3) Hadits Mudraj
Berasal dari kata –أدرج- يدرج-إدرجا - memasukkan menghimpun dan atau menyisipkan. Jadi memasukkan sesuatu kepada sesuatu ang lain yang semula belum masuk atau belum menjadui bagian daripadanya.
Dalam istilah mudraj ada dua macam:
a) Mudraj pada sanad
ما غير سياق إسناده
“Hadits yang diubah konten sanadnya”.
b) Mudraj pada matan
ما ادخل في متنه ما ليس منه بلا فصل
“Hadits yang dimasukkan kedalammatannya sesuatu yang tidak bagian daripadanya tanpa ada pemisah”.
4) Hadits Maqlub
Berasal dari kata –قلب- يقلب- قلبا- berarti mengubah, mengganti, berpindah, membalik. Menurut istilah:
هو الحديث الذي دخل القلب في سنده او متنه
“Adalah hadits yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad atau pada matan

5) Hadits Mudhtharib
Berasal dari kata –اضطرب- يضطرب- إضطرابا- berarti goncang dan bergetar.
Menurut istilah;
ما روي على أوجه مختلفة متساوية في القوة
“Hadits yag diriwayatkan pada beberapa segi yang berbeda, tetapi sama dengan kualitasnya”.
Hadits mudhtharib adalah hadits yang kontra antara satu dengan yang lain tidak dapat dikompromikan atau tidak dapat ditarjih dan sama kekuatan kualitasnya.
6) Hadits Mushahhaf
Berasal dari kata –صحف- يصحف- تصحيفا - berarti salah baca tulisan (shahifah). Muharraf berasal dari kata – حرف- يحرف- تحريفا- mengubah/ mengganti.
Menurut istilah mushahhaf
تعيير الكلمة في الحديث إلى غيرما رواه الثقات لفظا أو معن
“ Perubahan kalimat dalam hadits selain apa yang diriwayatkan oleh orang tsiqah, baik secara lafadz ataupun makna”.
Perubahan berbentuk syakal/ harakat disebut muharraf.
7) Hadits Syadz
Berasal dari kata –شذ- يشذ- شذا- ganjil, tidak dengan yang mayoritas.
Menurut istilah:
مخالفة الثقه لمن هو أو ثقات
“Periwayatan orang tsiqah, menyalahi periwayatan orang yang lebih tsiqah”.
ما انفردبه الثقة من الثقات
“Periwayatan seorang tsiqah sendirian dari orang-orang tsiqah lain”.
Dapat disimpulkan bahwa hadits syazdz adalah hadits yang ganjil. Karena hanya dia sendiri yang meriwayatkannya atau periwayatannya menyalahi periwayatan orang tsiqah atau yang lebih tsiqah dan yang terakhir ini pendapat shahih.
C. Hubungan Hadits Dhaif Dengan Hadits Palsu
Hadits dhaif tidak identik dengan hadits maudhu’ (hadits palsu). Diantara hadits dhaif terdapat kecekatan para perawinya yang tidak terlalu parah, seperti daya hafalan yang kurang kuat tetapi adil dan jujur. Sedangkan hadits maudhu’ perawinya pendusta. Hadits yang terlalu buruk kedhaifannya tidak dapat diamalkan sekalipun dalam tadhall al amal, menurut ibnu hajar hadits maudhu merupakan hadits dhaif yang terburuk.
Jadi hadits maudhu’ adalah hadits bohong atau hadits palsu, bukan dari rasulullah tetapi dikatakan dari rasul oleh seorang pembohong. Oleh karena itu, sebagian ulama ada yang tidak memasukkan bagian dari hadits dhaif, karena ia bukan hadits dalam arti yang sebenarnya.
D. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Dhaif
Para Imam hadis telah menyusun berbagai kitab yang menjelaskan hadits-hadits maudhu’. Untuk itu, mereka mencurahkan segala kemampuan untuk membela kaum muslim agar tidak terjerumus dalam kebatilan dan untuk memurnikan agama yang penuh pesona.
Di antara kitab-kitab sumber hadis maudhu' yang terpenting adalah:
1. AI-maudu'at, karya Al Imam Al-Hafiz Abul Fajar Abdur Rahman bin Al-Jauzi (W. 597 H). Kitab ini merupakan kitab yang pertama dan paling luas bahasannya di bidang ini. Akan tetapi, kekurangan kitab ini adalah banyak sekali memuat hadis yang tidak dapat dibuktikan kepalsuannya, melainkan hanya berstatus dhaif, bahkan ada di antaranya yang berstatus hasan dan sahih. Hal ini melebihi batas dan hanya dikira-kira saja.
Syaikhul Islam Ibnu Hajar berkata, "Kebanyakan hadis dalam kitab Ibnu Al-Jauzi adalah hadis maudhu', dan hadis yang mendapatkritik itu sangat sedikit dibandingkan dengan hadits yang tidak mendapat kritik". Selanjutnya ia berkata, “kekurangan kitab ini adalah bahwa penulisnya menganggap hadits yang bukan maudhu' sebagai hadis maudhu'; sebaliknya kekurangan pada Mustadrak AI-Hakim adalah bahwa Al-Hakim menganggap hadits yang tidak sahih sebagai hadis sahih. Dengan demikian, kritik terhadap kedua kitab ini harus diperhatikan, karena pembicaraan yang mengungkap ketidaksportifan kedua kitab itu akan menjadikannya tidak dapat dimanfaatkan kecuali oleh orang yang alim dalam bidang ini.
Oleh karena itu, para ulama menyusun kitab untuk memberi koreksi terhadap kitab Ibnu Al-Jauzi dengan menguji dan membersihkannya dari kesalahan.
2. Al-Laali AI-Masnu’ah fi AI-Ahadis Al-Maudu’ah. karya Al-Hafizh Jalaludin Al-Suyuti (w. 911 H).
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Ibnu Al-Jauzi disertai penjelasan tentang kedudukan hadits-hadits yang bukan maudhu' dan ditambah dengan hadits-hadits maudhu' yang belum disebutkan oleh Ibnu AI-Jauzi. Dengan demikian, kitab ini sangat komplit dan besar manfaatnya.
3. Tanzih Al Syari’ah Al-Marfuah an AI-Ahadis Al-Syaniah AI-Mauduah, karya Al-Hafizh Abu Al-Hasan Ali bin Muhamad bun Iraq Al-Kannani (w. 963 H).
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Ibnu Al-Jauzi dan tambahan Al-Suyuti serta tambahan ulama lainnya dalam kitab mereka. Kitab ini diberi muqqadimah yang menyebutkan nama-nama rawi yang pendusta yang jumlahnya lebih dari 1900 orang, dan hal ini merupakan suatu ilmu yang sangat berharga yang terkandung dalam kitab ini.
4. Al-Manar AI-Munif fi AI-Sahih wa Al Dhaif, karya Al-Hafizh Ibnul Qayyim AI-Jauziyah ( w. 751 H).
5. AI-Masnu fi AI-Hadis AI-Maudhu, karya Ali Al-Qari (w. 1014 H). Kedua kitab terakhir ini ringkas dan sangat bermanfaat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pemakalah menguraikan isi makalah, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa hadits dhaif adalah hadits yang lemah.
Macam-macam hadits dhaif
1. Dari segi persambungan sanadnya
a. Hadits mursal
Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in.
b. Hadis mu’dal
Hadits tergolong mardud, karena tidak diketahui keadaan perawi yang digugurkan.
c. Hadits majhul
Hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal.
d. Hadits mu’allaq
Hadits yang tertolak karena sanadnya tidak bersambung.
2. Dhaif sebab cacat keadilan
a. Hadits matruk
Hadits yang salah satu periwayatnya seorang tertuduh lemah.
b. Hadits majhul
Hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang perawinya yang tidak dikenal.
c. Hadits mubham
Seorang perawi yang tidak disebutkan nama seorang perawi yang jelas.
3. Dhaif sebab cacat kedhabithannya
a. Hadits munkar
Hadits yang pada sanadnyan ada seorang pernah kesalahannya/ banyak kelupaan.
b. Hadits mu’allal
Hadits yang dilihat di dalamnya terdapat illah yang membuat cacat keshahihannya.
c. Hadits Maqlub
Hadits yang terbalik, baik pada sanad atau matan.
d. Hadits mudhtharib
Hadits yang diriwayatkan pada beberapa segi yang berbeda tetapi sama dengan kualitasnya.
e. Hadits mushahhaf dan muharaf
f. Hadits mudraj
g. Hadits syazdz

DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul, 2008, Ulumul Hadits, Jakarta : Sinar Grafika Offset
Ahmad Muhammad, 2000, Ulumul Hadits, Bandung : Pustaka Setia
Suparta Munzier, 1996, Ilmu Hadits, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Mudasir, 2008, Ilmu Hadits, Bandung : Pustaka Setia.

FILSAFAT HIDUP

A. Filsafat Hidup Rasulullah
Sebagai muslim sudah selayaknya kita befilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah SAW. Filsafat hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
1. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat.
"Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab : Yang artinya: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain". Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati juga oleh tetangga, sanak famili dan Juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik.
Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jeiek.
Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat. Jadi fllsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya. Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakni sebagai tempat mengabdi kspada Nusa, bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari “rumput” walau hal itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya. yang namanya ibadah hukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur`an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
2. Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik. itu yang bagaimana? Rasul menjawab : Yang artinya :
"Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umumya panjang dan banyak amal kebajikannya". Sudah barang tentu orang yang semacam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya dihadapan Allah. Orang yang umurya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik. Permasalahannya sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu, bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir. Pernyataan ini memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya. Adapun resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur. Secara spiritual orang yang ingin panjang umur ada dua resepnya :
1. Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
2. Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berate kasih sayang, jadi suka mengakrabkan, hubungan kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60 tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umumya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umumya tetap tapi kualitas dari umur itu yang bertambah.
3. Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana?
Rasul menjawab : Yang artinya : "Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup". Pernyataan Rasul yang kedua : Yang artinya: "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi".
Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabur, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya : Yang artinya : “barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4. Rasul pernah ditanya : “Wahai Rasulullah” Suami dan isteri yang paling baik itu bagaimana?
Rasul menjawab: "Suami yang paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati dan menghargai isterinya Sebab ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaan yang demikian termasuk orang yang tidak baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat berpesan: “Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu". Diulangnya tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang istri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
5. Rasul pernaah ditanya, “Wahai Rasulullah” Orang yang benar itu yang bagaimana?
Rasul menjawab."Apabila dia berbuat salah segera bertaubat kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan, “Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, setalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan pertu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia biar kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya: "Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, akan terima oleh Allah".
6. Suka memberi. Sabda Nabi : Yang artinya ; “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah". Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah .261)
Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka bersedekah.
7. Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul Si pulan itu orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, Itikaf, berdo'a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, "Apakah orang itu punya keluarga? Sahabat menjawab, "Punya Ya Rasul", Kata Rasul ;
“Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah. Sampai Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi tetapi melaiaikan urusan dunia". Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.

B. Hidup Manusia
Ada beberapa filsafat hidup yang dianut oleh manusia:
Pertama, dalam hidup ini yang penting perut kenyang dan badan sehat. Kedua dalam hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke Timur ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, supaya selamat dan mendapatkan apa yang diinginkan. Ketiga dalam hidup ini yang penting "saya senang " masa bodoh dengan urusan orang lain. Keempat, dalam hidup ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Hidup itu adalah anugerah, sekaligus merupakan kesempatan, dan satu kali saja di dunia ini. Kita tidak mengenal apa itu yang disebut reinkarnasi atau penjelmaan manusia dari yang saat ini menjadi tikus atau kucing atau monyet dan sebagainya. Karena hidup itu hanya sekali saja di dunia ini, maka kita perlu mempergunakan hidup ini dengan sebaik-baiknya. Saya tidak tahu bagaimana anda menjalani hidup ini? Namun nyatanya ada arang yang menyia-nyiakan hidupnya.
Mereka hidup dengan semena-mena, mempergunakan obat bius, obat terlarang serta merusak tubuhnya sendiri. Seakan-akan mereka mau katakana karena hidup itu sekali saja, maka bertindaklah seenak hati. Apakah ini bisa dibenarkan? Saya yakin anda pasti tidak menyetujuinya.
Hari ini kita tidak tahu kapan dan bagaimana kita meninggal? Namun permisi Tanya kalau kita meninggal hari ini, kita mau pergi kemana? Apakah kita sudah pasti masuk ke Sorga? Jikalau pertanyaan ini ditujukan kepada anda, bagaimana jawaban anda? Banyak orang ragu untuk menjawab pertanyaan ini. Karena mereka memang tidak tahu, kalau sudah mati nanti mau ke mana? Lalu mungkin mereka juga ragu kalau bias masuk surga atau tidak. Mereka mengatakan bagaimana bias dikatakan pasti masuk surga, sedang hidup di dunia ini saja tidak karuan: Itu sebabnya muncullah apa yang disebut kepasrahan hidup. Jadi mereka mengatakan, sudahlah, yang penting saat ini saya bisa bersenang-senang, bersuka¬cita. Mumpung masih muda, mumpung ada uang, mumpung ada kesempatan. Soal sorga itu cerita, belum saatnya. Atau ceritakanlah kepada mereka yang saat ini sedang sekarat di rumah¬rumah sakit, barangkali mereka sangat membutuhkannya.
Namun permisi tanya, apakah alasan di atas bisa dibenarkan? Tentu tidak bukan, menagapa'? Karena kita tidak tahu kapan kita meninggalnya? Itu sebabnva perlu persiapan, sehingga kalau kita meninggal nanti sudah ada tempat yang tersedia bagi kita yaitu surga dan kita diijinkan masuk kesana.
Masalahnya sekarang adalah apakah kita sudah mempunyai iman seperti itu? Bersyukurlah kalau hari ini anda sudah yakin boleh masuk ke Sorga? Namun ingat, yakin saja tidak cukup? Apa dasarnya? Saya ingin memberitahukan pada anda bahwa dasarnya adalah kita harus ada Tuhan dalam hidup kita, dan kita menyerahkan segenap hati kita kepada Dia. Tanpa itu, omong kosong.
Ingatlah, kalau kita hendak pergi ke suatu tempat, kita pasti melewati jalan, mungkin jalan itu sempit atau lebar, beraspal atau becek atau juga lewat laut dan udara. Namun tanpa jalan tersebut kita tidak akan sampai ke tempat tujuan tersebut. Demikian iuaa kalau kita mau ke suraa, ada jalannva.

C. FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri filosofi :
1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2. Berfikir secara sistematis.
3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4. Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1. Apakah sebenamya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikuasai oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas oleh Atropologi filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme subjektif.
3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relative tergantung kepada kemampuan manusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai dasar dalam bertindak.
2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

2. Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan poiensi-potensi manusia peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi datam perjafanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Fifsafat pendidikan adatah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan :
a. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh fllsafat pragmatisme.
b. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme: dan
c. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisrne berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pemah sampai pada yang paling ekstrem, seita pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang ieiah disimpan dalam kebudayaan. Befajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Esensialisme Dan Perenialisme
Essnsialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tlada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensiatisme juga didukung oieh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa atam semesta itu pada hakikatnya adatah jiwalspirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oieh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan din dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang menggapai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Essensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji ketangguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang lni, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah peraoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan :
1. Program pendidikan yang idea! harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan aka! (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya (Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

4. Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional adalah suatu sistim yang memuat teori praktek pelajaran perididikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oteh filsafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional indonsia adalah suatu sistim yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Poedjamijatna. Prof. IR. 2002. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. PT. Rineka Cipta Jakarta.
_______1991. Pembimbing Kea rah Alam Filsafat. PT. Rineka Cipta Jakarta.

Hum. M. Sudarto. Drs. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Suseno, Magnis. Franz. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Gazalba Sidi. 1990. Sistematika Filsafat. PT. Bulan Bintang, Jakarta
Beekmand Gerard, 1973. Filsafat Para Filsuf Berfilsafat. PT. Dharma Aksara Pratama. Jakarta Pusat.

www.emsiklopedia.@.yahoo.com