Rabu, 26 Januari 2011

contextual learning


A.  Latar Belakang
Sejak zaman penjajahan, bangsa Indonesia telah memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Namun pelaksanaannya masih diwarnai oleh kepentingan politik kaum penjajah, sehingga tujuan pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan dengan kepentingan mereka.
Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bangsa Indonesiapun menunjukan kepeduliannya terhadap pendidikan. Hal itu terbukti dengan menempatkan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan nasional bangsa Indonesia, yang sekarang ini tujuan pendidikan tersebut dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional (UU sisdiknas) BAB II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan  membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan suatu alat untuk mencapainya, yaitu “segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya tujuan pendidikan” .
Sehubungan dengan alat pendidikan ini, Ahmad Supardi (1989:9), membagi alat pendidikan ke dalam dua bagian, yaitu[1] :
  1. Alat fisik, berupa segala perlengkapan pendidikan yang berupa sarana dan fasilitas dalam bentuk konkrit, seperti bangunan, alat tulis dan baca dan lain sebagainya.
  2. Alat non fisik, berupa kurikulum, pendekatan, strategi, metode dan tindakan berupa hadiah dan hukuman serta uswatun hasanah atau contoh teladan yang baik dari pendidik.
Berdasarkan pembagian alat pendidikan yang dikemukakan Ahmad Supardi di atas, jelaslah bahwa salah satu dari alat pendidikan diantaranya adalah pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL ) sebagai salah satu alat yang dianjurkan oleh kurikulum 2004 untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, khususnya ialah dalam pembelajaran pendidikan agama islam. Sehubungan dengan hal ini, maka penulis menganggap bahwa penjelasan mengenai pendekatan CTL dalam pendidikan agama islam ini sangat urgen untuk diketahui secara jelas oleh para mahasiswa sebagai bekal bagi calon pendidik dimasa yang akan datang.
B.  Rumusan Masalah
Adapun yang terkait dengan pembahasan tentang pendekatan CTL ini antaralain ialah :
A.    Urgensi CTL dalam PAI
B.     Pengertian Pendekatan CTL
C.     Karakteristik Pembelajaran CTL
D.    Peranan Guru Dalam Pembelajaran CTL
E.     Komponen-komponen CTL
F.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CTL
G.    CTL dalam Pembelajaran PAI


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Urgensi CTL dalam pendidikan Agama Islam
1.    Sejauh ini, pembelajaran PAI hanya berpusat pada guru dengan melalui metode ceramah dan hafalan saja bagi siswa. Sehingga siswa cenderung bosan karena hanya dijadikan sebagai objek dalam belajar . Dan jika ini terus berlanjut maka akibatnya adalah tujuan pembelajaran PAI tidak akan tercapai secara penuh. Padahal PAI merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus dipelajari siswa untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak yang mulia sebagaimana tujuan yang diharapkan dalam tujuan nasional .
2.    Dalam kurikulum 2004, setiap pembelajaran diharuskan untuk mencakup tiga ranah , yakni kognitif, Psikomotor dan Afektif. Olehkarenanya diperlukan pendekatan yang tepat untuk mencakup ketiga ranah tersebut.
B.  Pengertian Pendekatan Contextual Teaching Learning
Ada beberapa defenisi mengenai CTL ,antaralain :
1.    Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001).[2]
2.    Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya[3] :
1.    CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2.    CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3.    CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
C.  Karakteristik CTL
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL , yaitu sebagai berikut:
1.    Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.    Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3.    Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4.    Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5.    Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi.
D.  Peranan Guru Dalam Pembelajaran CTL
Peranan guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya yaitu, guru berperan dalam mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas, guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
1)   Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual , guru memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu:
1.    Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2.    Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3.    Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4.    Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5.    Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman, bukan hanya sekedar hapalan.
E.  Komponen-komponen CTL
Ada beberapa komponen pembelajaran CTL yang harus kita ketahui antara lain meliputi [4]:
    1.     Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu..
    2.     Menemukan (Inquiry), Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
    3.     Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
    4.     Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan.
    5.     Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model , model lain dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
    6.     Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
    7.     Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CTL
Menurut Zahorik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran CTL,antaralain [5]:
Ø Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Ø Pembelajaran dimulai dari keseluruhan ( global ) menuju bagian-bagiannya secara khusus
Ø Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman,yakni dengan cara:
a.    Menyusun konsep
b.    Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan oranglain
c.    Merevisi dan mengembangkan konsep
Ø Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
Ø Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
G. CTL DALAM PEMBELAJARAN PAI
            Ada beberapa hal yang perlu diketahui guru PAI untuk mengimplementasikan pendekatan CTL dalam pembelajaran PAI, antaralain:
1.    CTL adalah pembelajaran berbasis masalah, oleh karena itu, guru harus:  
a. Mengobservasi suatu fenomena, misalnya:
1.    Menonton VCD tentang kejadian manusia, rahasia ilahi, alam akhirat, dll.
2.    Melihat pelaksanaan shalat, puasa, zakat,qurban atau menyantuni fakir miskin
b. Memerintahkan siswa untuk mencatat permasalahan yang muncul
c. Merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang ada
d. Guru memotivasi siswa agar mereka berani bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda.
2. CTL adalah pendekatan yang memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar.
       Adapun dalam pembelajaran PAI, guru dapat melakukan penugasan kepada siswa diluar kelas. Misalnya, mengikuti shalat berjamaah, shalat jum’at, mmelihat ibadah qurban dan berkunjung ke pesantren,dll.
3.        CTL dapat Memberi aktivitas kelompok
Dalam aktivitas kelompok ini, pembelajaran PAI dapat mendatangkan ahli kekelas, atau bekerja sama dengan kelas lain yang sederajat maupun tidak.
4.        CTL dapat membuat aktivitas belajar mandiri
5.        Pendekatan CTL harus menyusun refleksi, misalnya merenungkan kembali pengalaman yang baru dipelajari, misalnya pengalaman shalat berjamaah.
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
            Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab pembahasan diatas, maka penulis meyimpulkan bahwa pendekatan CTL merupakan pendekatan yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar, atau biasa juga disebut student centered approach. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya.
Pembelajaran kontekstual ialah pembelajaran dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehhidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tersebut dari kontek yang terbatas dan sedikit demi sedikit namun  melalui proses kontrusksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaraan secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

E.Mulyasa “ Menjadi Guru Profesional”, Bandung : Rosdakarya, 2007

Sanjaya, Wina, “ Strategi Pembelajaran “, Jakarta : Kencana , 2008

http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.php

http // www.ipotes.wordpress.com/Pendekatan-kontekstual

www.farhansyaddad.wordpress.com/.../analisis-kebijakan-pendidikan-islam-

 








[1] www.farhansyaddad.wordpress.com/.../analisis-kebijakan-pendidikan-islam-
[2] http : www.ipotes.wordpress.com/Pendekatan-kontekstual

[3] Sanjaya, Wina, “ Strategi Pembelajaran “, Jakarta : Kencana , 2008 hal.255-256

[4] http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.php

 

[5] E.Mulyasa “ Menjadi Guru Profesional”, Bandung : Rosdakarya, 2007 hal.103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar