Kamis, 27 Maret 2014

SUNAH-SUNAH TERBAIK ROSULULLAH

Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa mentaati Rasulullah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. An Nisa 80: “Siapa yang mentaati rasul berarti mentaati Allah” Ayat di atas merupakan perintah Allah untuk manusia, agar kita sentiasa meneladani perilaku hidup Rasulullah. Kita tau bahwa maksud tujuan hidup kita yang sesungguhnya adalah mengamalkan agama secara sempurna dengan mengikuti cara Rasullulah seperti yang di lakukan oleh para sahabat sehingga agama yang mulia ini ada di tengah-tengah kita. Perintah Allah di atas, bermakna pula bahwa siapa yang meninggalkan sunah-sunah rasulullah berarti meninggalkan agamaNya dan tidak mentaati Allah. Oleh karena itu, sebagai umat muslim, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh rasulullah. Tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan sunah-sunah rasul, karena kita tau bahwa di balik sunah itu pasti ada manfaat dan kebaikan untuk hidup kita di dunia maupun di akhirat. Jika kita sering kali mengabaikan sunah bahkan meninggalkanya dengan alasan sibuk karena perkara-perkara dunia yang sifatnya hanya sementara saja tanpa mengedepankan perkara akhirat yang selama-lamanya, maka sesungguhnya kita hanya akan menjadi orang-orang yang merugi dan kelak pasti akan menderita selama-lamanya. Berikut ini ada beberapa amalan sunah yang utama dan sangat penting serta sangat dianjurkan untuk kita tiru dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. 1. Shalat dimasjid dan berjemaah Banyak perintah untuk melaksanakan shalat berjemaah di masjid, karena adanya keutamaan yang sangat tinggi bagi orang-orang yang mau melaksanakannya. Sebagaimana hadits rasul berikut ini: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (HR.Tirmidzi) “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 1.Imam yang adil, 2. Pemuda yang selalu beribadah kepada Rabb-nya, 3.Seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, 4.Dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, 5.Seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ sesungguhnya aku takut kepada Allah’, 6.Seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan 7.Seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa “Dan seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid artinya adalah ia sangat mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalam masjid.(Syarh an Nawawi VII/121). Adapun Al ‘Alamah al ‘Aini rahimahullah menjelaskan bahwa apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ini, “Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa berada di masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah, karena masjid adalah rumah Allah dan rumah setiap orang yang bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung ; maka bagaimana halnya dengan Rabb Yang Maha Pemurah?”. 2. Shalat sunah a. Shalat sunah wudhu Shalat sunah wudhu adalah shalat sunah yang dikerjakan setelah selesai berwudhu, bilangannya sebanyak 2 rekaat atau lebih. Adapun keutamaannya dasarnya adalah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berkata kepada Bilal setelah shalat subuh: “Wahai Bilal, ceritakan padaku amalan yang paling engkau andalkan dalam Islam. Sesungguhnya aku mendengar suara terompetmu dihadapanku dalam surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amalan yang paling aku andalkan. Cuma tidaklah aku bersuci, baik pada siang ataupun malam hari, melainkan aku shalat setelah bersuci tersebut sebanyak kesempatan yang aku miliki.” (HR. Bukhori dan Muslim). b. Shalat sunah rawatib “Seorang hamba muslim yang melakukan shalat sunnah, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.”(HR. Muslim No. 728). Dalam riwayat lain, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, menjelaskan bahwa “dua belas rakaat” yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu: empat rakaat sebelum shalat zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh. c. Shalat sunah fajar “Dua rakaat shalat sunnah fajar (sebelum subuh) lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”(HR. Muslim nomor 725). Siapa yang shalat Fajar berjamaah, kemudian duduk untuk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya bagaikan pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmizi, no. 586) d. Shalat sunah duha “Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi; Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha." (HR. Muslim, no. 1181) “Dari Abu Darda dan Abu Dzar radhiallahu anhuma dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Allah Azza wa Jalla, bahwa Dia berfirman, "Wahai anak Adam shalatlah empat rakaat di awal hari, Aku akan lindungi engkau hingga akhirnya." (HR. Tirmizi, no. 437, dishahihkan oleh Al-Albany) “Barangsiapa melakukan shalat Fajar, kemudian ia tetap duduk di tempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat, niscaya Allah. akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya.” (H.R. Al-Baihaqi) Rasulullah Saw. dalam hadits qudsi dari Abu Darda. Firman-Nya, “Wahai Anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena aku pada awal siang (shalat Dhuha) empat rakaat, maka aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.” (H.R. Tirmidzi) Rasulullah Saw. bersabda, “Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang lebih cepat dari selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan cepatnya kembali (dari medan perang)? (Yaitu) orang yang berwudhu kemudian menuju masjid untuk mengerjakan shalat sunat Dhuha. Dialah yang lebih cepat selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan lebih cepat kembalinya.’” (H.R. Ahmad) e. Shalat sunah tahajud “Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad) f. Shalat sunah witir "Jadikanlah witir akhir salat kalian di waktu malam". [HR. Bukhari] "Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam, maka witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya salat pada akhir malam masyhudah (disaksikan)" [HR. Muslim] Keutamaan salat witir, diantaranya, pertama hadits dari Kharijah bin Hudzafah Al-Adwi. Ia menceritakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menambahkan kalian dengan satu salat, yang salat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah, yakni salat witir. Waktu pelaksanaannya Allah berikan kepadamu dari sehabis Isya hingga terbit Fajar” Kedua, hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu‘anhu bahwa ia menceritakan : ”Rasulullah pernah berwitir, kemudian bersabda : “Wahai ahli Qur’an, lakukanlah salat witir, sesungguhnya Allah itu witir (ganjil) dan menyukai sesuatu yang ganjil”(HR.Abu Daud) 3. Puasa Sunah dan Macam-macamnya “Segala sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat jiwa itu adalah berpuasa. Dan puasa itu separuh dari kesabaran.” (H.R. Ibnu Majah). Dalam hadits lain disebutkan bahwa “Puasa adalah benteng yang membentengi seseorang dari api neraka yang membara.” (H.R. Ahmad dan Baihaqi). Ada beberapa macam puasa yang dianjurkan, antara lain yaitu : a. Puasa Senin dan Kamis Ketika Nabi kita (saw.) ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, beliau menjawab: “Ia adalah hari kelahiranku, hari aku diutus dan hari diturunkan Alquran kepadaku” (HR. Muslim). Pada hadits yang lain, Rasullullah pun bersabda: “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi). Selanjutnya dijelaskan pula bahwa:“Amal-amal manusia diperiksa di hadapan Allah dalam setiap pekan dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang beriman terampuni dosanya, kecuali seorang hamba yang di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan…” (HR. Muslim) b. Puasa 3 Hari Setiap Bulan Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Namun tidaklah benar anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa puasa pada hari putih adalah puasa dengan makan sahur hanya dengan nasi putih, telur putih, dan minum air putih saja. c. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal “Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.” (H.R Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah) d. Puasa Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan diharamkan untuk berpuasa. Dan telah diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, bahwasanya Rasulullah 'alaihi ashshalatu wa assalam bersabda : "Tidak ada hari-hari yang lebih utama ketika seorang beramal shalih didalamnya dibandingkan dengan hari-hari ini." Yaitu, sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijjah." (Syarh Shahih Muslim : 8/320/1176). e. Puasa Hari Arofah Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaan: “akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang” (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat. f. Puasa Muharram Yaitu puasa pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya adalah bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan (HR. Bukhori) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Puasa hari ‘Asyuura, saya memohon kepada Allah agar menjadikannya sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR Muslim) g. Puasa Asyura Hari Asyura adalah hari ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi sholallohu ‘alaihi wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Asyura ini dan mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim). h. Puasa Sya’ban Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Keutamaannya:”bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Robb semesta alam (HR. An-Nasa’i & Abu Daud, hasan). i. Puasa pada Bulan Haram (bulan yang dihormati) Yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah pada bulan-bulan tersebut termasuk ibadah puasa. j. Puasa Nabi Daud Yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Kemudian dilakukan terus menerus secara selang seling, puasa sehari dan tidak puasa sehari. Keutamaannya adalah karena puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Allah (HR. Bukhori-Muslim).

2 komentar: