Rabu, 26 Maret 2014

MENJADI MUSLIM HEBAT(KAFFAH/SEMPURNA)

Agama Islam merupakan agama yang benar (QS.At-Taubah:33), agama yang lurus (Al-Bayyinah:5), agama yang sejalan dengan fitrah manusia (QS.Ar-Rum:30), dan agama yang diridhai oleh Allah Ta’ala (QS.Ali Imran:19). Firman Allah dalam (QS. Ali Imran 85)“Barang siapa mencari agama selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi. Seorang yang beragama islam (muslim), sejatinya ia hendaklah taat dan berserah diri secara total kepada Allah dan RasulNya semata. Karena pada dasarnya arti kata “Islam” itu sebenarnya adalah tunduk, patuh kepada Allah, menyerahkan jiwa, semua miliknya, hidupnya, matinya dan semua amal perbuatannya semata-mata hanya untuk Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Hujurat: 15:”sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang percaya pada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwanya dijalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim telah menyebutkan mengenai perincian rukun Iman dan rukun Islam,”Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda,“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “,kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi was salam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (Riwayat Muslim) Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya. Karena di dalamnya terdapat pokok-pokok ajaran agama Islam yaitu iman, islam, dan ihsan. Di dalam hadits di atas telah disebutkan bahwa rukun iman ada 6, yaitu: beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari kiamat, qada’ dan qadarnya. Dan rukun Islam ada 5, yaitu : syahadatain, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bagi yang mampu. Tidak cukup bagi kita hanya berislam di KTP saja, atau mengetahui rukun iman dan rukun islam tetapi tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam Al-Qur’an, orang yang sudah beragama Islam dituntut harus masuk ke dalam agama Islam secara kaffah (keseluruhan), jangan hanya patuh pada perintah Alquran dan sunnah secara sebagian atau sepotong-potong dan janganlah kita mengikuti langkah-langkah syetan yang suka menyesatkan manusia dari kebenaran.Sebagaimana Allah telah memperingatkan kita: “Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 85) “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan(Kaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”(QS Al-Baqarah:208) Ayat di atas bermakna bahwa berislam secara kaffah maknanya adalah berislam secara menyeluruh, dengan seluruh aspeknya, seluruh sisinya, baik yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan akhlak, atau terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait dangan urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang sudah diatur dalam Islam. Karena hanya dengan cara berislam secara total (kaffah), kesempurnaan dan kemuliaan manusia akan terwujud. Orang yang sudah berislam secara total dan imannya sudah tertanam mantap di hatinya maka ia akan memiliki ciri-ciri yaitu, hati dan fikirannya selalu diwarnai dengan ajaran Islam. Dalam setiap keputusan, ucapan dan tindakannya selalu berlandaskan ajaran Islam, sehingga yang menjadi kontrol dalam segala aktifitasnya adalah agama Islam yang sudah bersemayam di dalam nuraninya. Praktek seorang muslim yang total (kaffah) tidak hanya secara simbolik saja, tetapi ia juga perlu disertai dengan substansi yang benar. Secara simbolik (zhahir) berbagai amalan mereka yang nampak, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah hendaknya sesuai dengan adab-adab dan aturan Islam. Ketika melaksanakan shalat, makan, tidur, ataupun dalam berpakaian, seluruhnya hendaklah sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah. Adapun pelaksaannya secara subtansi (batin) yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, sepatutnya dilakukan semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Disini perlu ditegaskan bahwa kedua-duanya sama pentingnya dalam mewujudkan Islam yang kaffah. Berislam secara kaffah akan menghasilkan sosok manusia yang sempurna, yaitu sosok manusia yang akal dan fikirnya cerdas, hatinya bersih dan berkualitas serta sehat seluruh ruhani dan jasmaninya. Akal dan fikir yang cerdas akan membuat mereka ingat pada kematian sehingga ia akan mengingat Allah baik sambil berdiri, duduk, maupun sambil berbaring . Hati yang bersih dan berkualitas akan menjadikan mereka pandai bersyukur dan memuji Allah, dan ruh serta jasmani yang sehat akan membuat meraka istiqmah dalam bersujud padaNya, baik di tengah malam maupun siang hari; Semua itu akan mewujudkan manusia yang dicintai dan mencintai Allah subhanahu wa ta’ala. Maka sepantasnya bagi seseorang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim agar dengan lapang dada dalam menerima seluruh syariat Islam dan tidak membeda-bedakannya. Karena Islam adalah agama yang mengajarkan serta mengatur seluruh perkara yang dibutuhkan untuk perbaikan individu dan masyarakat, maka tentu ia akan membawa kebaikan dan keselamatan bagi kita, baik untuk kehidupan dunia, maupun akhirat. Inilah sifat seorang mukmin sebenarnya : “Ucapan seorang mukmin yang apabila mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka hanyalah, ‘Kami mendengar dan kami taat.’ Dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS An-Nur: 51) “ Ya Allah, Bagi-Mu segala puji; Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya; Engkau benar; janji-Mu benar; firman-Mu benar; dan bertemu dengan-Mu adalah benar. Ya Allah, kepada-Mu kami pasrah; dan kepada-Mu kami kembali (ber-taubat); semoga Engkau jadikan kami sebagai orang-orang yang benar dan beriman secara kaffah dan istiqamah, amiin.

1 komentar: