beberapa nasehat berikut patut kita renungi
(terkhusus buat diri saya pribadi) dalam upaya melembutkan hati.
KITA HENDAKNYA SENANTIASA : ..
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita
sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak ALLAH secara sempurna.
Sesungguhnya hak-hak ALLAH itu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di
atas jalan kemaksiatan dan jalan syaithan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat ALLAH pada
diri kita.
5. Takut akan balasan siksa yang disegerakan di dunia,
karena maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup (mati) dengan su’ul khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul
maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di
dalam kubur.
9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari Qiyamat atas dosa besar
dan dosa kecil yang kita lakukan.
11. Takut melalui titian (shirath) yang tajam. Sesungguhnya
titian itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah ALLAH.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat ALLAH yang kita rasakan siang dan
malam, sedang kita tidak bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan ucapan-ucapan
kita.
16. Takut bahwa ALLAH tidak akan menolong dan membiarkan
kita sendiri.
17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya
pada hari kematian dan pada hari timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita,
anak-anak, keluarga, suami/isteri dan harta kita kepada ALLAH Subhaanahu wa
Ta’ala. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali hanya
kepada ALLAH.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya’ ke dalam hati,
karena terkadang riya’ itu memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya.
Hasan Al-Basri rahimahullah pernah berkata kepada dirinya sendiri.
“Berbicaralah engkau wahai diri, dengan ucapan orang shaleh,
yang qana’ah lagi ahli ibadah. Dan janganlah engkau melaksanakan amal orang
fasik dan riya’. Demi ALLAH, ini bukan sifat orang mukhlis.”
20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka
hendaknya akhlak kita seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli orang yang
memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika
larangan-larangan ALLAH diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal shaleh dengan sedikit dosa jauh
lebih disukai ALLAH, daripada amal shaleh yang banyak tetapi dengan dosa yang
banyak pula.
23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah istirahat
dari dunia dan akan menuju akhirat, dan akan menemui ALLAH dengan amalan yang
buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada ALLAH menjadi jalan kita menuju
ALLAH selama kita sehat.
25. Setiap kita mendengar kematian seseorang maka
perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan
jenazah, maka khayalkanlah bahwa kita yang sedang diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa ALLAH
menjamin rezeki kita sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia
kumpul-kumpulkan. Dan menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari
dunia, sedang kita tetap mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkannya
sedikit pun. Dan mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah
ingat mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan i’tibar (pelajaran)
bukan dengan pandangan mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan
perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cobaan
dunia. Lantas apakah kita sanggup menghadapi panasnya Jahannam?
29. Di antara akhlak sesama mukmin (wal mukminah) adalah
saling nasehat-menasehati antar sesamanya.
30. Jika kita melihat orang yang lebih “besar” dari kita,
maka muliakanlah dia dan katakan kepadanya, “Anda telah mendahului saya di
dalam Islam dan amal shaleh, maka anda jauh lebih baik di sisi ALLAH. Anda
keluar ke dunia setelah saya, maka anda lebih sedikit dosanya dari saya dan
anda lebih baik dari saya di sisi ALLAH.
“….ALLAH mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 8, 9, 10).
Sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qalbunya
menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat dan Sungguh berbahagia dan
mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qalbu yang tertata, terpelihara,
dan terawat dengan sebaik-baiknya.
Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan,
ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan
hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.
Orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa
bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di
akhirat kelak.
“Dan sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bersih.
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada ALLAH, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]: 108 & 119)
terimakasih untuk sharing ilmunya.
BalasHapussalam sehat selalu,
bimbel matematika indonesia
Seandainya semua makhluk sama spt siti khadijah ya. Sayang kita sering ditakutkan pada masalah duniawi saja.
BalasHapus